Urumqi, China (ANTARA News) - Sejumlah Muslim Uighur di wilayah terisolasi di China masih bertahan dalam persembunyiannya hampir satu pekan, menyusul kerusuhan yang membuat mereka takut ditangkap oleh warga China Han.

Hasisha, seorang dokter mata yang bekerja di Uighur, yang mengaku ia sangat takut kembali ke rumahnya di distrik Urumqi, tempat etnik mayoritas China Han tinggal.

"Saya masih takut karena, anda tahu, ada banyak warga Han di tempat saya tinggal," kata warga Uighur yang berusia 30 tahun itu kepada AFP setelah enam hari tinggal di klinik majikannya.

"Saya takut dipukuli karena ada banyak orang Uighur dipukuli di sana. Kami semua hanya berharap semua dapat kembali normal segera."

Salah satu pengusaha dari Uighur, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa beberapa orang pekerjanya tidur di tempat kerja karena mereka khawatir ditangkap tanpa alasan oleh pasukan keamanan.

"Beberapa dari mereka tidak ingin pulang ke rumah karena mereka takut ditahan," katanya kepada AFP.

Ribuan warga Uighur melakukan unjuk rasa, Ahad, di tengah rasa frustasi atas yang mereka sebut sebagai pemerintahan represif China.

Aksi unjuk rasa itu berubah menjadi aksi kekerasan dengan serangan kepada warga China Han dan pemerintah mengatakan 184 orang tewas dalam kerusuhan pada hari Ahad.

Warga China Han kemudian turun ke jalan awal pekan ini dengan berbagai senjata seperti pisau dan benda tajam lain serta berjanji untuk membalas dendam kepada warga Uighur.

Salah satu pemilik toko warga Uighur yang menjual barang-barang kulit, Sabtu, mengatakan bahwa para pekerjanya juga bersembunyi di tokonya.

"Mereka takut terhadap kemungkinan dipukul oleh warga Han. Mereka juga masih sangat takut ditahan," katanya kepada AFP.

China, Selasa, mengatakan bahwa 1.434 orang telah ditahan karena keterlibatan mereka dalam kerusuhan Ahad.

Namun pemimpin Uighur di pengasingan Rebiya Kader memperkirakan bahwa sekitar 5.000 orang telah dipenjarakan dalam sebuah penangkapan besar-besaran oleh pasukan keamanan yang juga dilakukan di kalangan masyarakat tidak bersalah.

Warga lain Uighur juga mengatakan bahwa mereka juga takut diserang oleh pasukan China.

"Ketika mereka menembakkan senjata mereka ke arah orang-orang Uighur, mereka tidak memberitahu siapapun. Ketika orang-orang Uighur membunuh orang China Han mereka memberitahu semua orang," kata Ismail, seorang warga Uighur yang berusia 30 tahun dan memiliki sebuah toko pakaian di sebuah pasar kota.

Ketika ditanya apakah ia takut ditangkap, ia mengatakan, "Kami takut mereka akan membunuh lebih banyak orang Uighur."(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009