Ketika saya mencium lapangan usai gol ketiga, saya mengucapkan salam perpisahan dengan stadion ini
Kembang api melesat di atap Stadion Highbury dalam seremonial laga terakhir Arsenal di kandang yang sudah mereka tempati selama 93 tahun itu untuk pertandingan pekan pemungkas Liga Premier Inggris melawan Wigan pada 7 Mei 2006. (ANTARA/REUTERS/Eddie Keogh)


Perpisahan berencana

Laga perpisahan itu bukan sebuah keputusan tiba-tiba, melainkan sesuatu yang sudah diketahui bakal terjadi hampir tujuh tahun sebelumnya.

Dekade 1990-an dan 2000-an awal merupakan salah satu masa-masa puncak kesuksesan Arsenal, yang berpengaruh terhadap penjualan tiket laga kandang hampir selalu ludes.

Sejak aturan larangan penjualan tiket tanpa kursi, Highbury yang tadinya bisa menampung 73.000 penonton hanya tersisa 38.419 kursi saja.

Jumlah itu kian berkurang saat Arsenal main di Liga Champions yang mewajibkan penempatan sejumlah papan sponsor tambahan, praktis mereka mengungsi ke Wembley, stadion markas tim nasional Inggris yang juga berlokasi di London, untuk menggelar laga kandang Champions musim 1998/99 dan 1999/2000.

Arsenal sebetulnya ingin bertahan di Highbury, tapi pada saat bersamaan mau kapasitas penonton ditambah demi mengakomodasi tingginya antusiasme. Sayang, Highbury dikelilingi oleh pemukiman warga yang selalu menolak rencana perluasan stadion.

Hal itu kian dipersulit karena jika melakukan renovasi, maka Arsenal dilarang menyentuh Tribun East Stand yang tercantum sebagai bangunan cagar budaya golongan II oleh pemerintah setempat.

Walhasil, pada November 1999 Arsenal mengumumkan akan meninggalkan stadion yang sudah 86 tahun mereka tempati dan akan membangun stadion baru berkapasitas 60 ribu kursi penonton sekira 1 km dari Highbury.

Baca juga: Wenger sebut peluang Arsenal tinggal 10 persen di Liga Champions

Halaman selanjutnya: Pengumuman Arsenal akan...

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2020