Surabaya (ANTARA News) - Puluhan budayawan, seniman, sastrawan, dan penyair di halaman Galeri Surabaya, kompleks Balai Pemuda, Jalan Gubernur Suryo 15 Surabaya, Selasa malam, menggelar acara doa bersama untuk Willibrordus Surendra Broto Rendra--biasa disapa W.S. Rendra--, yang kini sedang sakit.

Seusai doa bersama, sebagai bentuk aksi solidaritas bersama para pencinta seni di Surabaya, acara dilanjutkan pembacaan puisi karya W.S. Rendra dan karya seniman setempat oleh sejumlah hadirin.

Sirikit Syah, mantan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur, membacakan puisi karyanya berjudul "Orang-orang Lapar".

Perempuan yang dikenal sebagai pengamat media ini memandang sosok W.S. Rendra sebagai pelopor dan karyanya selalu dikenang dan abadi. "Tidak hanya di Indonesia, tetapi di luar negeri pun hasil karyanya sangat dikenal," ujarnya.

Ia menilai W.S. Rendra sebagai tokoh penyemangat yang karyanya selalu dikenang. Bahkan, di Australia karya puisi si "Burung Merak" ini sangat dikenal.

Syarifudin Mifta, pembaca puisi terbaik di Jawa Timur era 1980-an ini, membacakan puisi hasil karyanya yang berjudul "Tadarus". Puisi yang dibuat lima tahun lalu ini, katanya, sebagai bentuk ungkapan doa kepada W.S. Rendra.

"Rendra sebagai guru yang berjasa mengenalkan puisi. Bahkan, kontribusinya yang begitu besar, terutama di dunia pendidikan," katanya.

Menurut dia, Rendralah yang mengenalkan kepada para guru bagaimana menyusun, membuat, hingga membaca puisi yang baik.

Sementara itu, pakar hukum lingkungan dari Universitas Airlangga Surabaya, Suparto Wijoyo, membacakan karya puisi berjudul "Bagaimana Kita Menemukan Diri". Puisi ini terinspirasi dari semangat si "Burung Merak" yang selalu memberikan spirit melalui hasil karyanya.

Ketua Umum Dewan Kesenian Surabaya, Sabrot Dodong Malioboro, berharap kegiatan yang digelar sebagai bentuk aksi solidaritas bersama para pecinta seni ini bisa mengekspresikan hasil karya puisi.

"Dengan dibacakan hasil karya puisi para penyair di Surabaya, setidaknya bisa menumbuhkembangkan seni baca puisi di masyarakat sehingga hasil karya puisi itu bisa dinikmati warga Surabaya, tidak hanya komunitas seni saja," katanya. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009