Jakarta, (ANTARA News) - Lapangan Gelora Bungkarno (GBK), Jakarta, sejak tahun piala Asia tahun 2007 menggunakan rumput lokal jenis Zoysia Matrela(Linn) Mer ( rumput pesisir), karena rumput Manila sudah kalah dengan rumput liar (Gulma).

Sejak Stadion GBK dibangun sekitar tahun 1962 sudah menggunakan rumput impor dari Manila itu, namun pada kejuaraan sepak bola Asia tahun 2007 diganti dengan rumput lokal, kata penata rumput lapangan GBK Purwadi di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan, rumput lokal itu diambil dari kawasan pantai Tanjung Kait Tanggerang, sedangkan pasir lapisan bawah rumput pesisir tersebut diambil dari Galunggung, Jabar.

Keunggulan rumput pesisir itu antara lain daunya lebih lebar dari rumput Manila, pertumbuhannya tidak tinggi dan mudah hidup, bila dibandingkan rumput impor.

"Rumput lokal itu sudah kita budidayakan di sekitar kawasan Senayan, Jakarta dengan luas 364 meter persegi," katanya.

Rumput pesisir ini nantinya akan digunakan oleh lapangan sepak bola bertaraf internasional di Indonesia antara lain Lapangan Jakabaring, Palembang dan di Bandung, Jabar.

Lapangan GBK yang luasnya 8.360 meter persegi itu, saat ini terus dilakukan pemeliharaan dalam rangka menyambut pemain dunia MU yang akan bermain pekan depan.

Pemeliharaan fisik GBk lainnya seperti rehab tempat duduk, pembrsihan ruang utama dan sarana lainnya sekarang sudah selesai sekitar 92 persen.

Dia menambahkan, perawatan rumput di GBK itu sama halnya dengan memelihara anak bayi, karena selain harus disiram dengan air secara rutin, juga diberikan pupuk dan vitamin jenis lainnya.

Rumput di lapangan itu sempat stres saat kampanye pemilihan Presiden belum lama ini karena terinjak oleh massa dan luasnya hanya beberapa puluh meter.

Namun yang lebih parah lagi saat kampanye pemilihan Legislatif (Pileg) lalu ada sekitar 2.000 meter persegi yang rusak dan baru pulih sekitar tiga bulan kemudian, ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009