Singapura (ANTARA News) - Harga minyak merosot di perdagangan Asia, Jumat, karena para investor melakukan ambil untung dari lonjakan yang dipicu oleh harapan sebuah rebound (berbalik naik) pada resesi yang memukul ekonomi AS.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Agustus, turun 44 sen menjadi 61,58 dolar AS per barel.

Minyak mentah "Brent North Sea" untuk penyerahan September merosot 71 sen menjadi 63,30 dolar AS. Kontrak Agustus berakhir pada Kamis.

Para analis mengatakan, pasar masih rapuh meski berkembang sebuah harapan AS memimpin pemulihan ekonomi global.

"Sesuatu terlihat lebih baik, tapi pasar terlihat masih lemah," kata Ben Westmore, seorang ekonom mineral dan energi dari National Australia Bank seperti dikutip AFP.

Ia mengatakan, pasar minyak mengambil "dua langkah maju, satu langkah mundur" karena pedagang lebih cenderung terlibat di dalam mengambil keuntungan ketika harga naik.

"Ketika Anda mendapatkan kenaikan harga, akan ada investor berpikir bahwa itu akan menjadi saat yang tepat untuk menjual dan apa yang terjadi," katanya.

Analis lainnya mencatat bahwa secara keseluruhan permintaan minyak mentah dunia masih lemah dan persediaan melimpah.

"Permintaan minyak masih lemah dan sejumlah besar ketidakpastian masih tentang waktu dan tingkat pemulihan ekonomi global," ujar analis minyak Nimit Khamar dari broker Sucden di London.

Sementara grup perbankan Perancis Societe Generale mengatakan, laba perusahaan telah menjadi fokus selama seminggu, "Sepertinya hanya yang baik, atau lebih tepat, tak seburuk yang diperoleh siaran televisi."

Ia mencatat bahwa "dalam waktu yang sama sejumlah perusahaan melemah, seperti Nokia yang akan mendorong penurunan."

Raksasa telekomunikasi Finlandia itu, Kamis, melaporkan penurunan laba bersih 66,0 persen menjadi 380 juta euro (535 juta dolar AS) pada kuartal kedua karena penurunan penjualan handset dan melemahnya harga.

Pangsa pasar perusahaan di pasar handset di seluruh dunia jatuh menjadi 38 persen, dari 40 persen 12 bulan sebelumnya, kata perusahaan. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009