Kandahar, Afghanistan (ANTARA News) - Serangan bom Taliban menewaskan 11 warga sipil, termasuk anak-anak, yang sedang pergi ke sebuah tempat suci di Afghanistan, Jumat, kata polisi.

Bom itu meledakkan sebuah kendaraan pick-up berpenumpang sejumlah pria, wanita dan anak-anak yang akan pergi ke sebuah makam tua di daerah Spin Boldak di provinsi Kandahar, yang hanya beberapa kilometer dari perbatasan Pakistan.

"Tiga wanita, tiga pria dan lima anak tewas," kata Jendral Saifullah Hakim, pejabat tinggi kepolisian perbatasan, kepada AFP.

"Mereka semua warga sipil. Mereka sedang pergi ke sebuah tempat keramat ketika kendaraan mereka diserang bom yang baru dipasang," katanya.

Polisi mengatakan, tiga wanita terluka dan dibawa ke rumah sakit.

"Hari ini sekitar pukul 09.00, sebuah mini-van diserang bom pinggir jalan di daerah Wanaki di Spin Boldak," kata Jendral Abdul Raziq, kepala kepolisian perabtasan untuk provinsi-provinsi Zabul dan Kandahar, kepada AFP.

Ia mengkonfirmasi jumlah kematian tersebut.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, namun polisi menuding "musuh-musuh negara" -- istilah yang digunakan pihak berwenang untuk Taliban, yang memelopori pemberontakan melawan pemerintah Afghanistan dukungan Barat.

Bom-bom pinggir jalan merupakan senjata paling mematikan yang digunakan oleh gerilyawan yang memerangi pemerintah dan pasukan Barat, namun peledak itu juga seringkali menewaskan dan mencederai warga sipil.

Raziq berspekulasi bahwa polisi perbatasan mungkin menjadi sasaran serangan bom Jumat itu karena ada sebuah pos polisi di jalan yang sama.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak yang sudah diimprovisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional akan bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.

Pemberontakan meningkat dalam beberapa pekan terakhir ini, yang menambah kekhawatiran mengenai keamanan dalam pemilihan presiden Afghanistan yang kedua itu.

Pemilu yang akan menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009