Kuala Lumpur (ANTARA News) - Penulis novel Laskar Pelangi Andrea Hirata menyesalkan film Laskar Pelangi hingga saat ini belum bisa diputar di bioskop-bioskop Malaysia karena belum ada kesepakatan bisnis antara produser film dengan distributor film di Malaysia.

"Saya juga sangat menyayangkan film Laskar Pelangi belum bisa diputar di Malaysia padahal permintaan warga Indonesia di Malaysia sangat tinggi, begitu juga permintaan warga Malaysia sendiri," kata Andrea Hirata, dalam diskusi Novel tetralogi Laskar Pelangi di Universitas Sains Malaysia (USM), Pulau Pinang, Sabtu.

Andrea hadir di USM atas undangan PPI (persatuan pelajar Indonesia) Pulau Pinang dan KJRI Pulau Pinang untuk diskusi Novel sekaligus pemutaran film Laskar Pelangi. Ia berbicara di depan para mahasiswa Indonesia, mahasiswa Malaysia, dan juga dosen-dosen USM.

Ia hanya bisa menyesalkan film Laskar Pelangi belum bisa dinikmati warga Indonesia dan warga Malaysia di bioskop-bioskop Malaysia. "Saya tidak bisa bicara banyak karena urusan film Laskar Pelangi yang urusin adalah Mira Lesmana. Dia yang banyak tahu kenapa film itu belum bisa beredar di bioskop Malaysia," katanya.

Walau filmnya belum beredar, novel tetralogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor sudah diterbitkan dalam edisi bahasa Malaysia oleh PTS Publication Sdn Bhd.

Dalam diskusi itu, seorang dosen perfilman USM Dr Rohani Hashim mengatakan, "Saya sangat terpukau dengan film Laskar Pelangi. Saking terpukaunya dengan film ini, saya sampai tak mampu membuat presentasi saya dalam power point. Dalam setiap presentasi, saya selalu buat presentasi dalam power point," katanya.

Ia juga mengatakan bahwa film ini layak dipertandingan dalam perebutan piala Oscar untuk kategori film asing.

Sementara itu, dosen sastera USM Prof Sohaimi mengatakan, bahwa banyak kesamaan antara buku dengan film Laskar Pelangi. Hal itu disebabkan karena penulis buku dilibatkan dalam pembuatan film.

"Saya membaca buku slum dog millionaire tapi begitu saya lihat filmnya jauh berbeda dengan novelnya. Dan karena jauh berbeda maka film itu meraih hadiah Oscar," katanya.

"Banyak film yang dibuat dari novel namun banyak perbedaannya karena memang berbeda antara penyampaian di film dengan novel, tapi dalam novel dan film Laskar Pelangi, saya melihat banyak kesamaan atau tidak jauh perbedaannya," kata Prof Sohaimi. (*)

Pewarta: Ardianus
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009