Denpasar (ANTARA News) - Layaknya paranormal, pelukis Made Budhiana mengaku sering menuangkan gagasan yang tersimpan dalam benaknya ke atas kanvas yang kemudian ternyata hal itu memiliki kaitan dengan sesuatu yang akan terjadi.

"Sebelum terjadi tsunami di Aceh akhir 2004, terbersit bayangan gelombang air besar yang menghancurkan berbagai hal," kata Made Budhiana menjelang pembukaan pameran enam pelukis bertajuk "Six Masters From Bali" di MahaArt Gallery, Bali Beach Golf Course Sanur, Rabu.

Setelah bayangan itu tertuang di atas kanvas, kata pelukis kelahiran 1959 itu, ternyata lukisan itu menggambarkan tsunami yang memilukan, seperti yang terjadi di Aceh.

Sebelum terjadinya bom di Bali, perupa lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta 1987 itu juga mengaku mendapat bayangan berupa gumpalan asap, kondisi berantakan yang mengerikan dengan banyak korban manusia.

"Sebelum ledakan bom di Jakarta kemarin, saya juga mendapat bayangan kondisi berantakan, tapi belum sempat saya tuangkan ke kanvas. Apa yang tersirat memang tidak sebesar bayangan yang muncul menjelang peristiwa bom Bali," katanya

Ia menyatakan, hal seperti itu merupakan bagian dari kepekaan batin seorang pelukis yang sudah biasa melakukan laku hening dan perenungan mengenai kondisi sosial kemasyakatan di sekitarnya.

"Umumnya pelukis sejati akan secara otomatis mendapatkan bayangan-bayangan mengenai berbagai hal untuk dituangkan di atas kanvas. Tetapi tidak demikian bagi seseorang yang menempatkan dirinya sebagai pabrik lukisan," tambahnya.

Selain Made Budhiana, pelukis lain yang menggelar pameran bersama sekaligus menandai peresmian MahaArt Gallery itu ialah AS Kurnia (49), Chusin Setiadikara (60), Made Wianta (60), Mungu Putra (46), dan Sutjipto Adi (52).(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009