Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Serangan militer Pakistan yang didukung jet-jet tempur menewaskan lebih dari 30 orang yang diduga militan Taliban di sekitar Lembah Swat dan kawasan suku baratlaut yang berbatasan dengan Afghanistan, kata sejumlah pejabat, Rabu.

Insiden dengan jumlah korban tewas yang tinggi itu merupakan yang terakhir dari gelombang bentrokan mematikan yang dilaporkan sejak para panglima Pakistan mengatakan bahwa mereka telah mengalahkan Taliban di daerah-daerah wilayah baratlaut.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mengatakan sebelumnya bulan ini, militer telah "melenyapkan" militan, namun bentrokan-bentrokan mematikan terus berlangsung di Swat. Taliban memusatkan pemberontakan dua tahun mereka di daerah itu, yang berbatasan dengan Buner dan Dir.

Militer mengumumkan, Rabu, 16 "teroris" tewas dan tiga pusat pelatihan teror dihancurkan dalam 24 jam terakhir di Dir, tepat di sebelah utara Swat dimana ofensif militer diluncurkan pada akhir April.

Di Swat dan Buner, tempat pemerintah memulangkan lagi ribuan dari 1,9 juta warga sipil yang mengungsi akibat pertempuran, militer mengatakan, 11 "teroris" tewas dan dua prajurit terluka.

Militer meluncurkan ofensif setelah Taliban bergerak maju dari Swat ke Buner, ke arah selatan lagi menuju ibukota Pakistan, Islamabad, setelah Washington menyebut kelompok itu sebagai ancaman bagi keberadaan Pakistan, negara yang bersenjatakan nuklir.

Pakistan menyatakan, lebih dari 1.800 militan dan 166 personel keamanan tewas, namun jumlah kematian itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.

Selasa malam, jet-jet tempur membom sejumlah lokasi yang dicurigai sebagai pangkalan panglima perang Taliban yang diburu, Baitullah Mehsud, menewaskan empat anggotanya di wilayah baratlaut dekat perbatasan Afghanistan, kata seorang pejabat.

AS mendukung ofensif militer Pakistan terhadap Taliban di Lembah Swat dan daerah-daerah baratlaut sekitarnya, yang diluncurkan pada akhir April setelah serangan-serangan sebelumnya yang menterlantarkan 1,9 juta orang.

Gerilyawan Islamis, yang sangat menentang aliansi Pakistan dengan AS yang memerangi pemberontakan Taliban di Afghanistan, melancarkan serangan setiap hari di wilayah baratlaut.

Bentrokan-bentrokan baru mematikan di Lembah Swat telah menyulut kekhawatiran mengenai memburuknya keamanan ketika pemerintah memulangkan lebih dari 2.300 keluarga yang mengungsi akibat ofensif militer belum lama ini.

Daerah suku Pakistan, khususnya Lembah Swat, dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan militan Taliban dalam beberapa waktu terakhir ini.

Sekitar 1.800 militan dikabarkan tewas dalam ofensif yang diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei. Ofensif itu mendapat dukungan dari AS, yang menempatkan Pakistan pada pusat strateginya untuk memerangi Al-Qaeda.

Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian menjadi markas kelompok Taliban.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.

Para pejabat PBB mengatakan, sekitar 2,4 juta orang mengungsi akibat pertempuran itu -- sebuah eksodus yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan perpindahan terbesar penduduk di Pakistan sejak negara itu terpisah dari India pada 1947.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009