Ankara (ANTARA News/Reuters) - Turki siap untuk memulai lagi perannya sebagai penengah dalam pembicaraan damai tidak langsung antara Israel dan Suriah, Perdana Menteri Tayyip Erdogan mengatakan Rabu, sebelum berangkat untuk kunjungan satu hari ke Suriah.

Namun seorang tokoh senior di partai Likud yang berkuasa di Israel mempertanyakan peran Ankara sebagai perantara netral dan menyampaikan keraguan mengenai keinginan Damaskus untuk melakukan perdamaian.

Pemerintah Israel yang beraliran tengah sebelumnya telah mengadakan pembicaraan dengan Suriah tahun lalu, yang ditengahi oleh Turki yang sebagian besar penduduknya Muslim, yang memiliki hubungan baik dengan Israel.

Suriah membekukan kontak untuk memprotes perang Israel Januari di Gaza. Sejak itu Benyamin Netanyahu yang beraliran kanan telah menjadi perdana menteri Israel setelah pemilihan.

"Kami merasakan tanggungjawab ... Permintaan untuk memulai lagi proses itu telah tiba. Kami akan mengerjakan mengenai masalah itu," Erdogan mengatakan pada wartawan sebelum berangkat ke Aleppo, tempat ia dijadwakan untuk bertemu dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Erdogan, yang pekan lalu bertemu dengan presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ankara, melakukan perjalanan dengan Menlu Turki Ahmet Davutoglu.

Namun Benny Begin, seorang kepercayaan Netanyahu, memberi kesan kecaman keras Turki terhadap serangan Israel di Gaza telah merusak peran Ankara sebagai perunding netral dan mengatakan pembicaraan untuk perjanjian damai seharusnya dilakukan secara langusng antara Suriah dan Israel tanpa perantara.

"Apakah ini yang mereka inginkan dan bagaimana mereka meneruskannya akan sulit untuk melihat mereka sebagai alat untuk menengahi atau untuk menyampaikan pesan antara kami dan Suriah," Begin, menteri negara, mengatakan pada radio Israel.

"Suriah akan menyampaikan prasyarat, antara lain dengan mengatakan apa hasilnya yang akan dicapai dari permulaan, yang tentu saja tak masuk akal."

Suriah mencari pemulangan dataran tinggi Golan, yang direbut oleh Israel dalam Perang Timur Tengah 1967. Israel menginginkan perjanjian damai rermasuk pengakuan diplomatik oleh Suriah dan konsesi politik lainnya.

Namun Israel mengatakan Suriah tidak menginginkan perjanjian damai dan minta Damaskus berhenti bersikeras mengenai pemulangan Golan sebagai prasyarat bagi pembicaraan. Assad Mei mengecilkan prospek bagi dimulainya lagi pembicaraan, dengan mengatakan Suriah tidak "memiliki mitra".(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009