Jakarta (ANTARA News) - PSSI Pusat menyesalkan para ofisial tim sepak bola di Tanah Air tak memahami peraturan permainan yang telah ditetapkan dalam manual dan diedarkan ke seluruh tim.

"Ternyata dari kasus-kasus pertandingan yang terjadi di kompetisi nasional banyak ofisial yang tak memahami peraturan pertandingan. Ini mencuat setelah kasus Persipura melakukan aksi mogok main dalam final Copa Dji Sam Soe," ujar Ketua Komdis Hinca Panjaitan di Jakarta, Kamis.

Hinca mengatakan, buku mengenai peraturan permainan tersebut telah diedarkan dan diterima oleh setiap ofisial tim menjelang kompetisi bergulir, baik Liga Super Indonesia, Copa Dji Sam Soe maupun Divisi Utama dan kompetisi LSI U-21.

"Tetapi tampaknya siapa yang menerima buku peraturan, siapa yang membaca, dan siapa yang memahaminya, orangnya berbeda-beda," ujar Hinca.

Hinca memberikan contoh tentang kasus mogok main, bahwa aksi tersebut merupakan hal yang paling tabu dan "diharamkan" dalam setiap pertandingan kompetisi resmi.

"Atas tindakan mogok main, sanksi-sanksinya sudah demikian jelas. Apa pun alasannya, aksi mogok main adalah melanggar peraturan. Tidak ada alasan yang bisa diterima untuk aksi mogok main," tegasnya.

Jika aksi mogok main merupakan aksi protes atas ketidak-puasan terhadap aparat pertandingan (wasit), lanjut Hinca, ada mekanismenya tersendiri. Andai pun wasit dinilai melakukan kesalahan, Hinca mengumpamakan pertandingan masih untung bisa berjalan dengan dipimpin seorang wasit daripada tidak dipimpin sama sekali.

"Hal ini saya sampaikan kepada para ofisial dan para pemain Persipura saat mereka datang dipanggil ke PSSI saat menghimpun keterangan dua pekan lalu, Setelah saya beberkan, mereka dapat memahami dan mengerti," ujarnya.

Pada kesempatan itu Hinca mengingatkan kembali bahwa pemilihan Stadion Jakabaring Palembang sebagai tempat pertandingan final Copa Dji Sam Soe sama sekali tidak terkait dengan urusan politik dan menolak dikatakan sebagai tempat yang tidak netral.

Keputusan pemilihan Jakabaring sudah ditetapkan sejak masih babak delapan besar berlangsung, dan itu disetujui semua kontestan karena untuk digelar di Jakarta atau di Jawa Timur saat itu tidak mendapat izin dari pihak kepolisian karena terkait kampanye Legislatif dan Pilpres.

Atas keputusan pemilihan lokasi itu, lanjutnya, hanya merupakan suatu kebetulan jika Sriwijaya FC lolos ke final, dan adalah wajar bila tim Sumatera Selatan itu mendapatkan dukungan suporter yang jauh lebih besar ketimbang Persipura Jayapura.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009