Pasadena, California (ANTARA News/Reuters) - Menurunnya iklan di tengah cengkeraman resesi ekonomi tengah menegaskan pentingnya pemanfaatan Web untuk mengumpulkan data dan membidik konsumen secara langsung, ketimbang terus-terusan beriklan di televisi, demikian para eksekutif perusahaan media, Senin.

Pada "Fortune Brainstorm, Konferensi IT" di Pasadena pekan ini, Wakil CEO Walt Disney Robert Iger membuka diskusi mengenai cara-cara baru memasarkan dan menggaet konsumen ini dengan menggambarkan dirinya sangat berharap pada apa yang bisa ditawarkan teknologi informasi dalam menjejak prilaku konsumen.

Para eksekutif AOL, divisi dari Time Warner Inc, News Corp dan IAC/InterActiveCorp, mengutarakan harapan sama mengenai potensi dalam menggapai konsumen secara online.

Di tengah strategi beriklan beranggaran besar yang semakin jarang diambil, perusahaan-perusahaan dipaksa untuk mengkaji ulang mengenai bagaimana meraih konsumen dan mengalihkan metode beriklan tradisional 30 detikan ke kampanye pemasaran berbasis internet bersasaran khusus yang selama bertahun-tahun sebelumnya banyak dibahas.

Iklan berbasis Internet di Amerika Serikat --yang pangsanya mencapai 23,4 miliar dolar AS pada 2008-- turun 5 persen pada triwulan tahun ini. Iger dan para eksekutif lainnya menilai sektor iklan ini tidak akan kembali ke tingkat pertumbuhan bersejarah seperti terlihat sebelum masa praresesi.

Jonathan Miller, Kepala Digital Media Group, New Corps, percaya bahwa iklan tengah menjalani perubahan-perubahan fundamental dan bebas dari dampak resesi.

"Pemasaran tengah berada pada lengkung yang lebih efisien. Investasi dolarku akan tumbuh lebih berkembang. Dan itu berarti kolam iklan tidak akan meluber pada tingkat yang pertumbuhan tradisionalnya, bahkan dengan mengecualikan resesi sekarang ini."

Dengan membidik konsumen melalui demografi, pengenalan karakter konsumen (profiling), dan jejaring sosial mereka, maka orang bakal menemukan banyak orang yang bisa diidentifikasi sebagai konsumen potensialnya. imbuh Miller.

Inti pemikiran para eksekutif perusahaan ini adalah bahwa kemajuan teknologi informasi akan membuat mereka bisa membangun citra konsumen yang lebih rinci yang dapat dijualnya sebagai komoditas atau direkrut sebagai tenaga pemasaran mereka.

CEO AOL Tim Armstrong, mantan kepala penjualan Google Inc, juga melihat peluang-peluang pasar baru dari penjejakan konsumen ini.

"Kemana sebenarnya orang tertuju, apa yang mereka kerjakan, bagaimana mereka mengetahuinya. Ini bukan hanya soal data, ini soal pemahaman. Jika Anda orang Procter & Gamble atau Kellog's atau Coke atau apa saja, maka lupakan semua data itu. Yang Anda pahami dari semua itu? Bagaimana itu benar-benar mengubah pandangan Anda," kata Amstrong.

Namun Ed Moran, Direktur Inovasi Produk Deloitte, menyatakan menjejak selera konsumen dan mengembangkan karakter konsumen itu boleh-boleh saja, asalkan pengiklan tidak membuat kesalahan media lama dalam menemukan konsumen optimal mereka, hanya demi menunjukkan mereka itu komersil.

Moran mengatakan, iklan generasi mendatang akan didorong oleh selera dan kebiasaan anak-anak muda berusia 14 sampai 24 tahun yang hidupnya tergantung pada jejaring sosial maya dan handset berinternet.

"Cara lebih efektif dalam merengkuh kaum muda ini adalah dengan memanfaatkan jejaring sosial mereka sebagai pemberi dampak, ketimbang membombardir mereka dengan iklan," kata Moran.

Demi mencapai tujuan itu, Barry Diller, CEO raksasa internet IAC/InterActiveCorp, mengatakan, iklan berbasis internet mesti dikembangkan dari berupa layar (display) menjadi terintegrasi dalam konten laman internet.

Bahkan bintang film dan produser media Ashton Kutcher berkoar-koar di konferensi itu bahwa display iklan di papan reklame (billboard) sudah ketinggalan jaman.

"Orang yang tumbuh besar bersama internet sudah melatih dirinya untuk tidak melihat model iklan seperti itu," katanya. (*)

Oleh
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009