Yogyakarta (ANTARA News) - Warisan cagar budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) harus diselamatkan dari ancaman kepunahan akibat maraknya kebutuhan ruang dan penjualan sejumlah bangunan cagar budaya di provinsi ini.

Kepala Seksi Pelestarian Pemanfaatan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta (BP3Y) Tri Hartanto di Yogyakarta, Selasa, mengatakan, pemerintah, DPRD, dan masyarakat perlu bersatu untuk melestarikan cagar budaya yang masih ada, sehingga warisan budaya di Yogyakarta tidak hilang.

Ia mengatakan, cagar budaya di DIY mengalami banyak permasalahan, di antaranya pemusnahan sejumlah bangunan cagar budaya untuk pemenuhan kebutuhan ruang, keperluan ekonomi, serta tidak ada kemampuan orang untuk merawat.

"Diperlukan partisipasi masyarakat dalam pelestarian bangunan cagar budaya, karena pemilik bangunan cagar budaya bertanggung jawab langsung terhadap kelestariannnya," kataya.

Ia mengatakan, sejumlah bangunan cagar budaya tidak dapat dipertahankan keberadaannya karena harus dibongkar dengan alasan pembagian warisan.

Selain partisipasi masyarakat, katanya, pemerintah perlu mengeluarkan sebuah kebijakan dan pemberian sosialisasi kepada masyarakat untuk melestarikan kawasan cagar budaya.

"Sejumlah bangunan rumah di Kotagede yang merupakan bangunan-bangunan bersejarah sudah mulai dijual, sehingga cenderung akan direnovasi menjadi bangunan yang tidak sesuai aslinya dan dibongkar," katanya.

Ia menjelaskan, modernisasi yang terjadi di Yogyakarta membuat bangunan cagar budaya di kawasan itu semakin kehilangan bentuk aslinya.

"Sejumlah bangunan masjid kuno, sekolah, dan bangunan tempat tinggal yang memiliki arsitektur asli gambaran warisan budaya telah kehilangan bentuk aslinya," katanya.

"Plengkung gading, Masjid Perak, serta sejumlah bangunan di Pengok dan Kotagede, keberadaannya saat ini jauh dari arsitektur aslinya," katanya.

Ia mengatakan, perlu upaya semua pihak untuk menyelamatkan warisan budaya yang ada di Yogyakarta ini agar tetap lestari.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009