London (ANTARA News/Reuters) - Dua lagi warga Inggris yang disandera di Irak dibunuh oleh penculik mereka, sehingga empat dari kelompok lima orang Inggris yang diculik pada Mei 2007 kini tewas, demikian dikonfirmasi seorang pejabat Irak, Rabu.

"Empat dari para sandera itu tewas," kata Sami al-Askari, seorang anggota parlemen dalam aliansi muslim Syiah berkuasa yang memiliki hubungan dekat dengan Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki, kepada wartawan.

"Dua dari mereka telah diserahkan dan upaya-upaya dilakukan oleh pemerintah untuk berhubungan dengan penculik agar mereka membebaskan yang lain," katanya.

Mayat dua korban diserahkan oleh penculik kepada pemerintah Irak pada Juni, namun Askari mengatakan, belum jelas kapan dua mayat yang lain akan dikembalikan. Ia mengatakan bahwa seluruh keempat orang itu tewas pada waktu yang sama.

Sandera kelima, instruktur penghitungan Peter Moore, diyakini masih hidup, kata Askari dan satu sumber yang dekat dengan Perlawanan Islam Syiah di Irak. Seluruh kelima orang itu diculik oleh sebuah kelompok milisi muslim Syiah.

Satu sumber senior Syiah mengatakan, kedua mayat itu mungkin segera diserahkan dan Moore akan dibebaskan, jika pemerintah Irak membebaskan dua pemimpin milisi yang diperkirakan pekan depan.

Keempat sandera yang dibunuh itu seluruhnya bekerja sebagai pengawal keamanan bagi Moore, yang dipekerjakan sebagai kontraktor di Irak.

Seorang jurubicara Kementerian Luar Negeri Inggris tidak bersedia mengkonfirmasi atau membantah laporan bahwa sandera-sandera itu tewas dan mengatakan, pemerintah "tidak membahas rincian kasus operasional".

Inggris bergabung dengan AS dalam invasi ke Irak pada 2003, namun kini telah menarik hampir seluruh pasukan mereka, dengan meninggalkan hanya sekitar 150 orang untuk membantu melatih angkatan laut Irak.

AS, yang memimpin invasi itu untuk menggulingkan pemerintah Saddam Hussein, menarik pasukannya dari daerah-daerah perkotaan di Irak pada akhir Juni sebagai bagian dari sebuah perjanjian bilateral Washington-Baghdad mengenai penarikan penuh pasukan AS dari Irak pada akhir 2011.

Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini, namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan 437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurun waktu 11 bulan.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.

Sejumlah serangan bom besar dilancarkan sejak itu, dan yang paling mematikan adalah serangan bom truk pada 20 Juni di dekat kota wilayah utara, Kirkuk, yang menewaskan 72 orang dan mencederai lebih dari 200 lain dalam serangan paling mematikan dalam 16 bulan.

Serangan bom pada 24 Juni di sebuah pasar di distrik Syiah Kota Sadr di Baghdad timurlaut juga merupakan salah satu yang paling mematikan pada tahun ini, yang menewaskan sedikitnya 62 orang dan mencederai sekitar 150.

Namun, Maliki dan para pejabat tinggi pemerintah menekankan bahwa 750.000 prajurit dan polisi Irak bisa membela negara dari serangan-serangan yang dituduhkan pada gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda dan kekuatan yang setia pada almarhum presiden terguling Saddam Hussein.

Hanya sejumlah kecil pasukan AS yang menjadi pelatih dan penasihat akan tetap berada di daerah-daerah perkotaan, dan sebagian besar pasukan Amerika di Irak, yang menurut Pentagon berjumlah 131.000, ditempatkan di penjuru lain.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009