Kopenhagen (ANTARA News/AFP) - Seorang prajurit Denmark cedera Rabu di Afghanistan selatan dalam ledakan bom pinggir jalan ketika ia sedang melakukan patroli di provinsi bergolak Helmand, kata militer Denmark.

Prajurit itu diangkut dengan helkopter ke rumah sakit di Camp Bastion, tempat pasukan Denmark bermarkas, dan kondisinya dianggap stabil dan tidak dalam bahaya, kata militer dalam sebuah pernyataan.

Ia akan dipulangkan ke Denmark secepat mungkin, tambahnya.

Prajurit itu adalah bagian dari sebuah patroli jalan kaki yang misinya menemukan bahan peledak di sepanjang jalan di dekat pangkalan depan Armadillo di Helmand, dimana gerilyawan Taliban meningkatkan serangan-serangan mereka.

Lebih dari 700 prajurit Denmark bertugas di Afghanistan sebagai bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO, sebagian besar di bawah komando Inggris.

Duapuluh-empat prajurit Denmark tewas sejak penempatan pasukan negara Eropa itu di Afghanistan pada akhir 2001.

Terdapat sekitar 90.000 prajurit internasional, terutama dari AS, Inggris dan Kanada, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni tahun lalu, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh di antaranya militan berhasil kabur.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional akan bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.

Pemberontakan meningkat dalam beberapa pekan terakhir ini, yang menambah kekhawatiran mengenai keamanan dalam pemilihan presiden Afghanistan yang kedua itu.

Pemilu yang akan menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009