Jakarta (ANTARA News) - Mantan sprinter Purnomo Yudhi menyoroti disiplin dan mental atlet muda masa kini yang dinilainya tak sehebat masa lalu.

"Saya melihat disiplin itu sangat lemah. Padahal sekarang fasilitas latihan begitu baik. Gaji atlet saja sekarang sampai lima jutaan rupiah. Di zaman saya gaji hanya 20 ribu rupiah pada tahun 1982. Modalnya hanya semangat... semangat dan semangat..." ujar Purnomo di Jakarta, Sabtu.

Purnomo menyampaikan hal itu ketika bersama dua legenda atletik lainnya, M Sarengat dan Mardi Lestari menceritakan pengalamannya kepada para wartawan.

"Pada saat saya jadi atlet, saya berlatih dari jam lima pagi sampai jam setengah tujuh. Setelah itu saya sekolah naik angkot, dan pulang jam tiga sore sudah berlatih lagi," ujarnya.

Legenda atletik kelahiran Ajibarang, Banyumas dan pernah masuk semifinal Olmpiade Los Angeles 1984 itu mengatakan, ia bisa menjadi atlet nasional berkat seniornya M Sarengat setelah berhasil membukukan catatan 10,30 detik di 100 meter.

"Saya dan Sarengat adalah sama-sama anak dari kampung, bukan anak orang kaya. Kita bisa maju jadi atlet karena ada semangat, kemauan, kerja keras dan disiplin yang tinggi. Saya heran dengan atlet-atlet jaman sekarang, mengapa belum juga bisa memberikan suatu prestasi yang membanggakan khususnya buat PB PASI yang telah 30 tahun dipimpin Pak Bob Hasan," paparnya.

Purnomo mengungkapkan, dirinya sebagai anak petani termotivasi untuk menjadi atlet setelah membaca kisah Sarengat yang berhasil menjadi juara Asian Games 1962, bahwa ternyata Sarengat juga berasal dari kalangan bersahaja.

"Dari situ terbersit suatu keinginan seandainya saya bisa seperti Sarengat. Pertama adalah sama-sama berasal dari desa, sama-sama dari keluarga yang kurang berada dan saya sangat termotivasi," ujarnya.

Ketika menginjak kelas 3 SMA, Purnomo pertama kali mengikuti kejuaraan antar pelajar hanya mengenakan kaos kaki pada tahun 1979.

Akhir tahun 1980-an ia tampil juara se-Jawa Tengah dan pada 1981 dipanggil ke Jakarta. Setahun kemudian dia sudah tampil menjadi juara nasional (PON) dan tampil di Asian Games New Delhi, India dengan bekal catatan waktu 10,64 detik.

"Pada waktu itu kita masuk 11 besar dunia berkat kerja keras semua pengurus PB PASI. Tanpa kerja keras semua pihak, terutama atlet, tak akan ada prestasi bagus yang bisa dicapai," ujarnya.

Purnomo mengingatkan bahwa pada saat ini berbagai fasilitas telah tersedia dengan cukup. "Semuanya berpulang bagaimana kalangan muda mau berjuang dengan penuh kedisiplinan dan tidak cengeng menghadapi kesulitan," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009