Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan, pemerintah terlalu optimistis terhadap indikasi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Prices) sebesar 60 dolar AS per barel, karena harga minyak mentah dunia cenderung akan terus meningkat mencapai 100 dolar.

Asumsi harga minyak mentah Indonesia 2010 memang lebih tinggi dibanding tahun ini yang hanya mencapai 45 dolar AS, namun asumsi itu dinilai terlalu optimistis, katanya di Jakarta, Senin.

Fauzi Ichsan mengatakan, harga minyak mentah dunia saat ini mencapai 70 dolar AS per barel yang diperkirakan akan bergerak naik hingga mencapai 80 dolar AS.

Namun ini semua kan baru asumsi dan bisa diperbaiki, pemerintah akan melakukan revisi atas asumsi itu, ucapnya.

Menurut dia, asumsi makro dan besaran APBN ini kelihatan dirancang oleh para teknokrat bukan oleh politisi.

Ditanya asumsi rupiah, menurut dia, rupiah diperkirakan akan lebih membaik dibanding tahun ini, karena aktifnya investasi asing ke pasar domestik.

"Dengan makin berkurangnya tekanan krisis keuangan global, maka investasi asing ke pasar domestik akan semakin besar, "ucapnya.

Menurut dia, rupiah pada akhir tahun ini akan dapat mencapai angka Rp9.500 per dolar dan pada tahun depan diperkirakan akan lebih menguat mencapai Rp9.000 per dolar.

Jadi asumsi nilai tukar rupiah pada tahun 2010 sebesar Rp10.000 per dolar yang menunjukkan pemerintah terlalu pesimis, katanya.

Fauzi Ichsan mengatakan, pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen cukup baik, karena ekonomi dunia akan makin tumbuh sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi global.

Mengenai alokasi anggaran untuk subsidi 2010 sebesar Rp144,4 triliun, menurut dia, pemerintah kemungkinan akan lebih mempertimbangkan subsidi harga minyak mentah Indonesia, akibat kecenderungan harga minyak mentah dunia yang cenderung meningkat.

"Kami memperkirakan pemerintah masih memfokuskan subsidi terhadap harga minyak mentah Indonesia akibat meningkatnya harga minyak mentah dunia," ucapnya. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009