Jakarta,(ANTARA News) - Pengamat ekonomi Revrisond Baswir mengatakan, nominal hutang luar negeri untuk Indonesia tetap akan naik, meski pemerintah menyatakan rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir tahun 2010 diperkirakan akan turun dari sekitar 57 persen pada tahun 2004, menjadi sekitar 30 persen pada tahun 2010.

"Terus terang saya tidak terlalu tertarik untuk melihat masalah utang, terutama kalau dikaitkan dengan presentase terhadap PDB. Cuma presentase yang turun, tapi nominalnya naik terus," kata Revrisond kepada ANTARA di Jakarta, Senin.

Revrisond mengatakan hal itu terkait Pidato Pengantar Rancangan Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2010 dan Nota Keuangan yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di depan rapat paripurna luar biasa DPR-RI di Gedung MPR/DPR.

Dalam pidatonya, Kepala Negara mengatakan, penurunan rasio utang pemerintah itu akan makin memperkuat struktur ketahanan fiskal, sejalan dengan tujuan untuk mencapai kemandirian fiskal yang berkelanjutan.

Selain itu, lanjut dia, penurunan rasio utang itu juga membuktikan tekad bangsa untuk membangun Indonesia dengan semaksimal mungkin menggunakan sumber daya sendiri.

Revrisond menegaskan, belanja utang pada RAPBN 2010 akan tetap ada, atau bahkan naik. Hal itu ditunjukkan dengan tetap adanya defisit pada RAPBN 2010 sebesar sebesar Rp98,0 triliun atau 1,6 persen dari PDB.

"Defisit mau ditutup dari mana kalau tidak dari utang?," kata Revrisond kata pakar ekonomi dari Universitas Gajah Mada itu.

Menurut Revrisond, tren belanja utang dalam APBN selalu naik setiap tahun. Kenaikan itu rata-rata mencapai Rp100 triluin setiap tahun.

Dia memperkirakan, beban utang juga akan terjadi pada RAPBN 2010. Beban tersebut diperkirakan akan lebih besar dibanding beban pada APBN 2009. Revrisond mencatat beban bunga utang pada APBN 2009 mencapai Rp100 triliun.

"Itu baru beban bunga, belum termasuk utangnya," kata Revrisond.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009