Jakarta (ANTARA) - Berbeda dengan penilaian sejumlah pengamat ekonomi yang menyebut bahwa krisis COVID-19 berbeda dengan krisis tahun 1998, Menteri BUMN periode 1998-1999 yakni Tanri Abeng justru menilai sebaliknya bahwa terdapat banyak persamaan antara krisis COVID-19 dengan krisis 1998.

"Mengenai krisis COVID-19 apakah ini sama sebenarnya dengan krisis 1998? Saya mengatakan bakal banyak sekali persamaannya karena pandemi COVID-19 ini memengaruhi ketahanan ekonomi," kata Tanri Abeng dalam seminar daring di Jakarta, Senin.

Dia menjelaskan bahwa mula-mula krisis memengaruhi APBN di mana APBN akan mengalami penurunan signifikan, dan ini sama persis dengan krisis 1998. Kemudian pandemi COVID-19 juga akan memengaruhi pergerakan nilai tukar atau kurs Rupiah, krisis tersebut akan masuk di situ.

Lalu krisis COVID-19 pasti akan memengaruhi pertumbuhan. Di tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami minus 14 persen misalnya. Lalu nilai tukar Rupiah melonjak dari Rp2.400 ke Rp16.000.

Baca juga: Tanri Abeng: BUMN perlu diarahkan bantu ketahanan ekonomi

"Ini mungkin tidak seperti itu tetapi trennya akan memengaruhi fiskal berarti defisit, kalau sudah defisit apakah pemerintah harus mencetak uang atau mengambil pinjaman," kata mantan Menteri BUMN tersebut.

Kemudian, lanjut dia, bagaimana pergerakan daripada nilai tukar Rupiah, karena itu juga merupakan bagian penting dalam struktur perekonomian Indonesia.

"Dari Krisis 1998 itu supaya kita belajar apa yang dilakukan pada saat krisis tersebut ada dewan pemantapan ketahanan ekonomi yang berpola krisis," kata Tanri Abeng.

Dengan demikian maka Indonesia bisa mengatasi kondisi-kondisi yang berdampak negatif pada saat 1998 sehingga pada akhir tahun 1999, semua kondisi perekonomian telah berjalan normal.

Baca juga: Pengamat: Belanja di toko kelontong bakal kuatkan ekonomi nasional

Mantan Menteri BUMN periode 1998-1998 juga merasa khawatir jika roda perekonomian yang saat ini terimbas secara negatif oleh pandemi COVID-19 tidak segera dituntaskan, maka kondisi yang pernah terjadi pada Krisis 1998 bisa terulang kembali saat ini.

"Saya khawatir kondisi yang terjadi pada tahun 1998 bisa terulang kembali di krisis saat ini," katanya.

Sebelumnya Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira menyebut bahwa banyak yang keliru membandingkan krisis ekonomi akibat COVID-19 ini dengan krisis 2008 atau krisis moneter pada tahun 1998, di mana dua krisis tersebut tidak ada apa-apanya karena Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO langsung menyimpulkan bahwa kondisi krisis ekonomi COVID-19 sekarang mirip dengan Great Depression atau Depresi Besar dunia pada tahun 1930-an.

Sedangkan Ekonom Chatib Basri mengatakan dampak ekonomi dari pandemi virus corona saat ini berbeda dengan krisis di tahun 1998 sebab kondisi saat ini juga berdampak pada sektor kesehatan dan sosial.

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020