Nusa Dua (ANTARA News) - Hasil penelitian di berbagai negara seperti Thailand, Filiphina dan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa sunat atau khitan, yakni tindakan memotong kulup, efektif sebagai salah satu cara mencegah penularan HIV/AIDS.

Hasil penelitian itu direkomendasikan oleh badan kesehatan dunia (WHO) sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS pada kongres internasional tentang AIDS "International Congress on AIDS in Asia and the Pacific" (ICAAP) ke-sembilan yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Selasa.

Demikian disampaikan Ketua Kongres Ke-9 ICAAP, Prof. Dr Zubairi Djoerban kepada wartawan yang meliput kegiatan yang berlangsung 9-13 Agustus dan diikuti 3.000 delegasi dari 65 negara tersebut.

Menurut Zubairi, yang terpenting kedepan adalah implementasi sunat sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS di kawasan Asia-Pasifik, karena hingga kini masih terbentur pada masalah perbedaan agama.

"Walaupun hal tersebut telah dibuktikan secara ilmiah, namun dalam implementasinya masih terbentur pada masalah SARA. Bagaimana dengan agama? Inilah yang menjadi tantangan," katanya seraya memberi contoh di Filipina, walaupun mayoritas masyarakatnya Kristen, tetapi semua disunat, kemudian Amerika Serikat hampir 80 persen penduduknya juga sunat.

Ia menyampaikan secara umum negara-negara kawasan Asia-Pasifik dalam kongres di Bali kali ini telah menyetujui penerapan sunat sebagai salah satu cara pencegahan HIV/AIDS. Namun implementasi sunat diserahkan pada kebijakan masing-masing negara, sebab hal itu bersifat rekomendasi.

Menurutnya yang juga penting untuk diaplikasikan kedepan adalah mewujudkan universal akses bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA), salah satunya adalah akses kesehatan.

Sebelumnya kondom menjadi salah satu cara pencegahan penularan HIV/AIDS, namun dari hasil studi Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) menunjukkan kesadaran penggunaan kondom pada kelompok beresiko cukup rendah. Kondisi ini dibuktikan dengan tingkat kesadaran penggunaan kondom pada pelanggan pekerja seks di Indonesia hanya mencapai 30 persen.

Rendahnya kesadaran penggunaan kondom ini diprediksi sebagai salah satu penyebab meningkatnya penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual di Indonesia. Tetapi data yang cukup mengejutkan yaitu rendahnya kesadaran penggunaan kondom salah satunya akibat keterbatasan ketersediaan kondom di tempat-tempat rawan penularan HIV/AIDS.

"Dari hasil studi, hanya 45 persen yang tersedia kondom di tempat rawan penularan HIV/AIDS. Kebanyakan orang keburu `kebelet` dan akhirnya tidak pakai juga. Memang kondom tidak selalu tersedia di tempat orang yang membutuhkan," kata Deputi Sekretaris KPAN Bidang Program Dr. Fonny J Silfanus.

Guna menanggulangi keterbatasan ketersedian kondom, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) menargetkan untuk mendistribusikan kondom gratis di 12 provinsi di Indonesia. Di antaranya Sumatera Utara, Sumatra selatan, Riau, Papua dan Bali.

Program ini menurut rencana mulai berjalan pada bulan September mendatang dengan dana pembelian kondom mencapai 1,3 Miliar rupiah, tambah Fonny.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009