Jakarta (ANTARA News) - Wacana pergantian figur ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada muktamar NU di Makassar pada Januari 2010 mendatang dinilai tidak penting, kata seorang pengamat.

Direktur Lembaga Kajian dan Survei Nusantara (Laksnu) Gugus Joko Waskito di Jakarta, Selasa, mengatakan, seharusnya yang menjadi fokus perhatian pengurus dan warga NU adalah eksistensi organisasi itu ke depan.

Gugus mengemukakan hal itu menanggapi adanya sejumlah pihak yang tidak menginginkan maupun mendukung KH Hasyim Muzadi mencalonkan diri kembali dalam pemilihan Ketua Umum PBNU.

Dikatakannya, saat ini keterpurukan NU sudah mengkhawatirkan, mulai dari adanya politisasi NU, terbengkalainya fungsi dan peran NU di bidang sosial kemasyarakatan, sampai amburadulnya manajemen organisasi.

"Yang terpenting adalah ke depan PBNU dan cabang-cabang NU harus mengevaluasi keterpurukan NU yang sudah sangat mengkhawatirkan. Evaluasi dan mengembalikan fungsi dan peran NU jauh lebih penting," katanya.

Menurut dia, muktamar NU mendatang sebaiknya memfokuskan diri pada pembenahan organisasi, termasuk membuat aturan baru yang memungkinkan kinerja organisasi itu menjadi lebih baik.

Misalnya, kata Gugus, mengubah masa bakti kepengurusan NU di semua tingkatan dari lima tahun menjadi tiga tahun serta pembatasan periode kepemimpinan maksimal dua kali.

"Ini untuk menjauhkan NU dari siklus politik lima tahunan," katanya.

Selain itu, lanjutnya, mungkin perlu juga dipertimbangkan dalam muktamar nanti agenda pemilihan pengurus hanya ditujukan untuk memilih jajaran syuriah, sementara jajaran tanfidziyah ditunjuk oleh syuriah.

"Supaya tidak ada dualisme kepemimpinan," katanya merujuk pada susunan kepengurusan di NU yang terdiri dari dua bagian yakni syuriah dan tanfidziyah.

Yang tidak kalah penting, tambah Gugus, perlu dibuat garis batas yang jelas dan tegas antara NU dan partai politik disertai aturan sanksi yang tegas.

"Saya melihat hal-hal tersebut jauh lebih penting daripada suksesi kepemimpinan di NU," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009