Ambon (ANTARA News) - Pihak keluarga almarhum dokter Olivia Pieters menyatakan ikhlas menerima kematian putrinya yang tewas karena tertembak senjata milik oknum TNI, Lettu Inf. Donny Rahmat Kusuma, di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) rawat inap Nuniary, Taniwel, Seram Bagian Barat, Maluku, Rabu (12/8).

Ayah almarhumah Olivia Pieters, Nus Pieters, saat dijumpai wartawan di rumah duka di kawasan Lorong Maranatha, Kecamatan Sirimau, Kamis, mengatakan, kematian anaknya sudah merupakan takdir dan kehendak Maha Kuasa.

"Kami ikhlas dengan kematian almarhumah Olivia dan ini sudah merupakan takdir dan kehendak Tuhan," kata Nus Pieters yang terlihat tetap tegar dengan kematian anaknya itu.

Ia mengaku memang meras kehilangan anak perempuan yang disayanginya itu, tetapi sebagai orang beragama dia bersama keluarga merasa yakin insiden yang terjadi dan merenggut nyawa Olivia sudah diatur Sang Kuasa dan pasti bernilai baik.

Ia bahkan menegaskan, tidak dendam sedikit pun terhadap oknum Lettu Inf. Donny dalam kapasitasnya sebagai Komandan Peleton (Danton) dari Batalyon Infantri (Yonif) 411/ Kostrad TNI dan sedang menunaikan tugasnya sebagai Satuan Tugas (Satgas) Bawah Kendali Operasi (BKO) Kodam XVI/ Pattimura itu.

"Banyak keluarga yang bertanya apakah saya marah, tetapi saya bilang tidak karna sesuai ajaran agama yang saya imani telah diajarkan untuk memaafkan setiap orang," tandasnya.

Pieters mengatakan setibanya di rumah duka di Kakarata jenasah almarhumah dokter Olivia akan dimakamkan di TPU Pondok Rangon, tetapi waktunya belum ditentukan karena akan dibicarakan dengan pihak keluarga.

Jenasah dokter Olivia Pieters ribawa dari Piru, ibu kota Kabupaten SBB melalui penyeberangan Waipirit, Kairatu menuju Kota Ambon dan tiba di rumah duka di Lorong Maranatha pada Kamis siang (13/8) pukul 13:00 WIT, disambut isak tangis keluarga serta kerabat korban.

Beberapa rekan sesama dokter Pembantu Tidak Tetap (PTT) serta beberapa pejabat Dinas Kesehatan Pemkab SBB turut hadir mengantar jenasah korban.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009