Den Haag (ANTARA News) - Dua kelompok separatis, Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan Republik Maluku Selatan (RMS), mengibarkan bendera mereka di Belanda ketika ribuan masyarakat Indonesia di negeri kincir angin itu bersiap menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-64 di Wassenar, Sabtu (15/8).

"Kami hanya memberitahukan kepada masyarakat Indonesia dan internasional bahwa kemerdekaan Indonesia bukan pada 17 Agustus tetapi 27 Desember, dan kami juga menolak Papua dimasukkan dalam wilayah kesatuan NKRI," kata koordiator Free West Papua, R. Paphua, seraya menambahkan bahwa wilayah Papua Barat merupakan wilayah yang bebas dari campur tangan Indonesia.

"Kami merdeka," teriaknya.

Demikian pula yang dikatakan koordinator RMS, Frida Pasanea, yang menolak Maluku bagian dari wilayah Indonesia.

Menurut dia, berdasarkan sejarah, pada 25 April 1950 Maluku telah memiliki presiden perdana, yakni Wai. "Artinya, kami adalah sebuah negara, karena memiliki kepala negara tersendiri," kata tenaga pengajar di SD Islam Amsterdam ini.

Baik Paphua dan Frida menyatakan kekecewaannya terhadap bangsa Indonesia karena dinilai tidak berlaku adil dalam memperlakukan masyarakat Papua dan Maluku, Frida mencontohkan, 37 tahanan politik warga Maluku yang dipenjarakan karena mengibarkan bendera RMS di Indonesia, mendapat perlakuan yang kurang manusiawi.

Hingga saat ini, lanjut Frida, sejumlah tahanan tersebut masih berada dalam lembaga pemasyarakatan di daerah Jawa sejak Maret 2009.

"Kami mendapat kabar kalau beberapa tahanan tersebut terserang penyakit malaria dan TBC, namun belum mendapatkan perawatan minimal dari petugas," kata Frida yang telah bermukim di Belanda selama 47 tahun.

Pengibaran bendera OPM dan RMS ini, disebut mereka sebagai kebebasan berpendapat dan berekspresi. "Belanda, adalah negara demokrasi, makanya kami berani memperlihatkan kepada dunia dan simbol OPM serta RMS di negara ini karena mustahil kami ditangkapi," kata Frida.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, Junus Effendi, mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, termasuk Papua dan Maluku.

Dia juga menegaskan bahwa Belanda secara sah telah menerima kedaulatan kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009