Surabaya (ANTARA News) - Nilai ekspor kopi diyakini akan turun tahun ini, karena para eksportir mulai mengurangi volume ekspor komoditas tersebut ke sejumlah negara.

"Meski permintaan pasar asing terhadap kopi nasional tidak turun secara signifikan, kami tetap mengurangi volumenya," kata Manajer Industri Hilir PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), Setyo Wuryanto, di Surabaya, Minggu.

Pengurangan volume ekspor kopi itu bertujuan supaya kebutuhan pasar domestik tetap terjaga, katanya saat meninjau kesiapan pembangunan rumah kopi untuk meraih penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI).

"Upaya itu merupakan salah satu strategi bisnis perusahaan kami. Jika selama ini kami selalu fokus ke pasar mancanegara, kini ami berusaha mengoptimalkan pasar domestik," ujarnya.

Mengenai penurunan nilai ekspor itu, ia memprediksi, kontribusi ekspor mendatang bisa mencapai 50 persen, padahal sebelum terfokus ke pasar domestik, sumbangan ekspor kepada omzet penjualan mencapai 90 persen.

"Tahun lalu, volume ekspor Kopi Arabica dari perusahaan kami sebesar 3.500 ton dan Kopi Robusta 4.000 ton," katanya.

Saat itu, katanya, negara tujuan utama dari ekspor kopi asal Indonesia adalah ke kawasan Eropa meliputi Jerman dan Belanda.

Selain itu, permintaan kopi nasional oleh masyarakat di Amerika Latin dan di Benua Asia juga besar.

"Permintaan jenis kopi di masing-masing negara itu hampir sama. Dari total volume kopi yang dikirim, mereka sering memesan 50 persen Kopi Arabica dan 50 persen lagi Kopi Robusta," katanya.

Terkait harga kopi hingga akhir tahun, ia memperkirakan, harga komoditas itu stabil. Saat ini, harga kopi secara internasional untuk Kopi Arabica mencapai 4,3 dolar Amerika Serikat (AS) per kilogram dan Kopi Robusta 2,8 dolar AS/kg.

"Sementara di dalam negeri, harga Kopi Arabica juga stabil di posisi Rp44.000,00 per kilogram dan Kopi Robusta Rp28.000,00 per kilogram," katanya.*
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009