Negara (ANTARA News) - Umat Islam di Bali yang merupakan minoritas, mampu mempertahankan tradisi Ngeruah, yakni mengirim doa kepada leluhur atau semacam selamatan memohonkan ampunan kepada Allah Swt, namun kini dilaksanakan bersama-sama disebut "Ngeruah Akbar".

Tradisi Ngeruah Akbar itu seperti yang berlangsung di Pondok Pesantren Mambaul Ulum di Loloan Timur, Negara, Kabupaten Jembrana, wilayah ujung barat Bali, Minggu, guna memohonkan ampunan atas 1.900 arwah leluhur warga masyarakat setempat.

Ritual Ngeruah Akbar yang merupakan warisan para ulama sejak ratusan tahun lalu itu, dilakukan dengan memanjatkan doa secara bersama oleh ribuan ahli waris para leluhur, termasuk membaca kalimat toyibah "Lailahailallah", selain melalui cara memberikan sedekah.

Masyarakat Islam Loloan, Negara, biasa mengadakan tradisi Ngeruah pada bulan Sa`ban, bertepatan menyongsong bulan suci Ramadhan, yang dipercaya sebagai bulan penuh pengampunan dan keberkahan.

KH Ahmad Muzaki, pemimpin Pondok Pesantren Mambaul Ulum, Loloan Timur, mengakui bahwa Ngeruah Akbar baru dilaksanakan belakangan ini, seiring kondisi perkembangan kehidupan masyarakat setempat yang semakin sulit untuk bisa melaksanakan tradisi tersebut di masing-masing keluarga.

Hal itu bukan hanya terbentur masalah biaya, yang jika dilaksanakan di masing-masing keluarga cukup repot, tetapi juga kondisi kesibukan warga yang lebih mudah jika tradisi tersebut dilakukan berjemaah atau bersama-sama.

Dalam acara Ngeruah Akbar itu diikuti ribuan jemaah Suratul Ikhlas yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan dan diteruskan oleh puteranya yang ke-sepuluh, KH Fathur Rahim, yang langsung memimpin istigosah tersebut, dengan menyebut daftar nama dari 1.900 leluhur.

"Salah satu tujuan acara ini juga untuk memberikan peringatan kepada diri kita agar selalu mendekatkan diri kepada Allah. Ini juga merupakan bukti rasa takzim kita kepada guru-guru yang telah mewariskan ilmunya kepada anak-cucu," kata Kiai Haji Ahmad Marzuki.

Senada dengan itu, KH Fathur Rahim juga menyampaikan pesan bahwa tradisi Ngeruah sekaligus sebagai renungan pada diri masing-masing mengenai berbagai hal yang telah dilakukan dan yang perlu dievaluasi.

"Apa yang telah kita lakukan selama hidup di dunia ini penting untuk kembali kita renungkan. Dengan demikian bisa cepat sadar untuk memohon ampunan kepada Allah, sebelum maut menjemput," pesannya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009