Teheran (ANTARA News/Reuters) - Barat harus bertanggung jawab atas kerusuhan yang terjadi setelah pemilihan umum di Iran, kata Presiden Mahmoud Ahmadinejad, Minggu, sementara persidangan massal ketiga dilakukan terhadap para demonstran yang dituduh berusaha mendongkel kekuasaan ulama.

Pemilihan presiden pada 12 Juni itu telah menjebloskan Iran ke dalam krisis internal terbesar sejak revolusi Islam 1979, memperdalam perpecahan di jajaran tinggi kekuasaan dan semakin memperburuk hubungan Iran dengan negara-negara Barat.

Iran menuduh AS dan secara khusus Inggris mengobarkan protes pasca pemilu dalam upaya menggulingkan kepemimpinan ulama. Namun, negara-negara itu membantah tuduhan tersebut.

Ahmadinejad, yang dilantik pada 5 Agustus, untuk masa jabatan empat tahun kedua, mengatakan, Barat harus bertanggung jawab.

"Kali ini kalian jelas-jelas mencampuri urusan dalam negeri Iran dan kalian merasa akan bisa melukai negara Islam itu," kata Ahmadinejad, Minggu, seperti dikutip kantor berita IRNA.

"Kalian harus bertanggung jawab atas tindakan kalian, namun kami sangat tahu pertikaian yang kalian ciptakan di dunia bukan tanda otoritas kalian namun tanda kelemhan dan kejatuhan kalian," kata Ahmadinejad.

Teheran dan Barat sejauh ini berselisih menyangkut program nuklir Iran, yang dikhawatirkan Washington bertujuan membuat bom, namun Iran, negara pengekspor minyak terbesar kelima dunia, mengatakan bahwa program itu untuk tujuan damai menghasilkan listrik.

Pada persidangan Minggu, tidak ada politikus terkenal yang termasuk dalam 28 terdakwa yang disebutkan kantor berita Fars. Media Iran menunjukkan gambar beberapa terdakwa di sebuah ruang pengadilan dengan mengenakan pakaian penjara yang berwarna muda.

Iran sebelumnya pada bulan ini melakukan dua persidangan terhadap lebih dari 100 orang moderat, termasuk politikus senior, dengan berbagai tuduhan yang mencakup tindakan melawan keamanan nasional yang bisa dikenai hukuman mati sesuai dengan hukum Islam yang diberlakukan di Iran.

Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Oposisi yang dipimpin oleh saingan utama Ahmadinejad, Mir Hossein Mousavi, menekankan bahwa pemilihan itu telah dicurangi, dan mereka menolak tuduhan-tuduhan mengenai campur tangan asing.

Sejak pergolakan meletus, pasukan keamanan Iran menindak keras demonstran, dan ratusan pemrotes serta reformis kenamaan, wartawan dan analis ditangkap.

Sebagian besar dari sekitar 2.000 orang yang semula ditangkap telah dibebaskan, namun sekitar 250 orang masih berada dalam penahanan.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani mengecam propaganda yang dilakukan media asing mengenai pergolakan kekuasaan di jajaran tinggi kepemimpinan Iran.

"Propaganda yang dilakukan media asing yang berusaha mengisyaratkan bahwa terjadi pergolakan kekuasaan di tingkat puncak pemerintahan merupakan hal yang tidak adil sama sekali bagi revolusi Islam," kata Rafsanjani.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menghadapi krisis terbesar Iran sejak revolusi Islam 1979 setelah protes luas yang terjadi setelah pemilihan kembali Mahmoud Ahmadinejad pada 12 Juni menewaskan puluhan orang.

Khamenei mengecam protes itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan banyak pihak.

Iran telah melarang media asing meliput pawai-pawai protes dan pertemuan yang diadakan oleh gerakan oposisi.

Kementerian Luar Negeri Iran bahkan menunjuk langsung lembaga-lembaga siaran global seperti BBC dan Voice of America, dengan mengatakan bahwa mereka adalah agen-agen Israel yang bertujuan "memperlemah solidaritas nasional, mengancam integritas bangsa dan mendorong disintegrasi Iran".(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009