New Delhi (ANTARA News/AFP) - Perdana Menteri India Manmohan Singh mengatakan, Senin, militan Pakistan merencanakan serangan-serangan baru di India, dan ia mendesak pasukan keamanan bersiaga tinggi.

"Ada informasi terpercaya mengenai rencana-rencana kelompok teroris di Pakistan untuk melancarkan serangan baru," kata Singh pada pertemuan puncak keamanan dalam dalam negeri yang dihadiri para menteri besar dari negara-negara bagian India.

"Setelah serangan-serangan Mumbai, kita melakukan langkah-langkah pengamanan tambahan. Kewaspadaan harus terus ditingkatkan," kata Singh.

India meningkatkan pengamanan untuk mencegah serangan-serangan setelah serangan di Mumbai, ibukota finansial India, pada November lalu, dimana orang-orang bersenjata membunuh 166 orang.

"Semua negara bagian harus berbagi informasi secara aktif untuk mencegah serangan teroris," kata PM India itu.

Singh mengatakan, terorisme lintas batas tetap menjadi ancaman paling rawan.

Menurut PM India itu, militan beroperasi jauh di luar perbatasan negara bagian Jammu dan Kashmir, India utara, yang dilanda pemberontakan muslim.

"Ada kenaikan penyusupan tahun ini, dan hal itu mengganggu," kata Singh.

Kashmir dilanda pemberontakan muslim selama hampir 20 tahun untuk menentang kekuasaan India.

Kekerasan yang melibatkan pasukan India dan separatis muslim menurun di Kashmir sejak India dan Pakistan memulai proses perdamaian yang bergerak lambat pada 2004.

New Delhi menghentikan dialog itu setelah serangan-serangan Mumbai pada November tahun lalu yang menewaskan lebih dari 166 orang.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, jurubicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.

India dan Pakistan terlibat dalam tiga perang dan hampir terjerumus ke dalam perang keempat setelah serangan militan pada 2001 terhadap gedung parlemen India.

Dua dari tiga perang itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pemberontak Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pemberontak Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Terjadi kenaikan kekerasan separatis di kawasan Himalaya itu sejak Sabtu lalu, ketika gerilyawan membunuh dua polisi di Srinagar, ibukota musim panas Kashmir. Bentrokan-bentrokan setelah itu menewaskan hampir 20 gerilyawan dan tiga prajurit.

Sentimen anti-India dan protes juga meningkat di Kashmir terkait dengan pemerkosaan dan pembunuhan dua wanita muda yang mayatnya ditemukan di sebuah aliran sungai pada 29 Mei.

Polisi India sebelumnya bersikeras bahwa mereka tewas tenggelam, namun keluarga mereka menuduh bahwa kedua muslimah itu diculik, diperkosa dan dibunuh oleh anggota-anggota pasukan keamanan yang ditempatkan di wilayah yang dilanda pemberontakan itu.

Pengujian forensik kemudian menetapkan bahwa wanita-wanita yang berusia 17 dan 22 tahun itu memang diperkosa dan polisi telah mencatat sebuah kasus pembunuhan.

Manmohan Singh telah memperingatkan bahwa pemerintahnya akan mengambil tindakan keras terhadap pelaku pelanggaran hak asasi manusia di Kashmir dan menawarkan perundingan dengan separatis di wilayah yang disengketakan itu.

Peringatan itu disampaikan pada pertengahan Juni sebagai tanggapan atas pertanyaan mengenai protes menyangkut pemerkosaan dan pembunuhan kedua muslimah itu di Kashmir, yang disebut-sebut dilakukan oleh beberapa aparat keamanan India.

Ia juga menyatakan siap mengadakan perundingan dengan para politikus regional serta separatis anti-India di Kashmir.(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009