Madrid (ANTARA News/Reuters) - Polisi menangkap tiga orang bersenjata yang diduga anggota kelompok separatis Basque ETA, Rabu, di sebuah daerah wisata ski Perancis setelah gelombang pemboman di Spanyol yang menewaskan dua orang, kata pihak berwenang Perancis dan Spanyol.

Salah seorang yang ditangkap, Alberto Machain Beraza, termasuk dalam daftar enam anggota ETA buronan yang dikeluarkan pemerintah pada 31 Juli, sehari setelah serangan bom mobil menewaskan dua aparat Garda Sipil Spanyol di pulau Mallorca.

Menteri Dalam Negeri Spanyol Alfredo Rubalcaba mengatakan, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah orang-orang yang ditangkap itu terlibat dalam serangan-serangan bom di Mallorca.

"Tahanan-tahanan itu bertanggung jawab atas logistik material organisasi militer tersebut," kata Rubalcaba pada jumpa pers di Madrid.

"Jelas bahwa ETA akan berusaha melancarkan serangan lagi; pasukan keamanan kami akan bekerja untuk memastikan bahwa mereka tidak bisa mencapai tujuan tersebut," katanya.

Polisi Prancis dan satuan anti-terorisme menggerebek apartemen para tersangka itu di Villarambert-le-Corbier pada Rabu pagi dan menyita senjata, kartu identitas palsu dan komputer, kata seorang jurubicara kantor kejaksaaan negeri di Perancis.

ETA melancarkan dua pemboman besar dalam dua bulan ini, dalam apa yang disebut para analis sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa organisasi itu masih aktif meski ratusan anggotanya ditangkap.

Tersiar juga laporan-laporan mengenai terjadinya perbedaan yang meningkat di dalam organisasi gerilya itu, antara kelompok garis keras dan kubu-kubu lain yang menghendaki perundingan perdamaian.

ETA telah menyatakan akan melancarkan serangan-serangan terhadap koalisi pemerintah baru di Basque, yang melengserkan kekuasaan partai nasionalis moderat untuk pertama kalinya dalam 28 tahun dalam pemilihan umum di daerah itu pada Maret lalu.

ETA, yang akhir bulan lalu memperingati setengah abad kelahiran mereka, dibentuk pada 31 Juli 1959 oleh sebuah kelompok nasionalis mahasiswa sayap kiri yang menentang kediktatoran sayap kanan Jendral Francisco Franco, yang menindas bahas Basque.

Pasukan keamanan memperkirakan bahwa kelompok separatis itu, yang melemah akibat penangkapan para pemimpin tinggi mereka dan telah lama relatif tidak aktif, berusaha melakukan unjuk kekuatan untuk membuktikan bahwa mereka masih bisa melancarkan serangan terhadap pemerintah Spanyol dan menjaga semangat para pendukungnya.

Meski sebagian besar penduduk Basque tampaknya mendukung kemerdekaan bagi wilayah pegunungan itu, yang sudah memiliki otonomi besar, dukungan bagi kekerasan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini.

Pada akhir Juli, dua polisi tewas dalam serangan bom mobil di Mallorca yang dituduhkan pada ETA.

Serangan fatal lain yang dituduhkan pada ETA terjadi pada Juni, ketika sebuah bom mobil menewaskan seorang polisi anti-teorris di kota Bilbao, Basque.

ETA dituduh bertanggung jawab atas kematian lebih dari 800 orang dalam operasi kekerasan mereka selama puluhan tahun untuk membentuk sebuah negara Basque merdeka yang mencakup wilayah-wilayah di Spanyol utara dan Perancis selatan.

Para analis mengatakan, ETA kehilangan dukungan bagi perjuangan mereka melalui kekerasan, namun pengumpulan pendapat umum menunjukkan mayoritas penduduk Basque mungkin masih menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari Spanyol.

Pada April, polisi menangkap tersangka komandan utama ETA Jurdan Martitegi, sehingga jumlah komandan mereka yang ditangkap menjadi empat orang dalam waktu kurang dari setahun.

Pemerintah Sosialis Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero menghentikan perundingan perdamaian dengan ETA setelah pemberontak tersebut membunuh dua orang dalam serangan bom mobil di bandara Madrid pada Desember 2006.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009