Kolombo (ANTARA News/AFP) - Pemerintah Sri Lanka mempertahankan anggaran militer meski mereka belum lama ini menang atas pemberontak Macan Tamil dan mengakhiri perang hampir empat dasawarsa, demikian dikemukakan seorang pejabat tinggi.

Menteri Pertahanan Gotabhaya Rajapakse mengatakan, militer harus dimodernisasi dan pembayaran-pembayaran dilakukan untuk persenjataan berat yang dibeli melalui kredit.

Sri Lanka menaikkan anggaran pertahanan hingga jumlah tertinggi 1,6 milyar dolar pada 2009, dan akhirnya berhasil menumpas separatis Macan Tamil setelah pertempuran sengit berbulan-bulan.

"Saya tidak melihat kebutuhan segera untuk mengurangi anggaran pertahanan tahun depan," kata Rajapakse kepada AFP di sela-sela pertemuan Selasa.

"Kami telah mengurangi pembelian amunisi kami. Namun kami harus membawa masuk teknologi baru untuk meningkatkan kemampuan militer kami," katanya.

Sri Lanka sangat bergantung pada bom-bom mortir dan amunisi yang dibeli dari China dan Pakistan selama konflik etnik itu.

Setelah mengalahkan Macan Tamil, pemerintah Kolombo membatalkan pemesanan amunisi senilai 200 juta dolar dari China.

Rajapakse menambahkan, hampir 30.000 prajurit pemerintah tewas dan 10.000 orang cacat dalam perang puluhan tahun itu, sementara 6.000 orang tewas dalam tiga bulan terakhir pertempuran.

Militer Sri Lanka berniat merekrut puluhan ribu prajurit baru untuk ditempatkan di daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai oleh pemberontak Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE).

Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.

Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik enik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.

Macan Tamil juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka.

Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.

Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.

Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.

Sebelum dikalahkan total, gerilyawan Tamil dikepung selama berbulan-bulan di sebuah daerah hutan kecil oleh pasukan yang hampir mengakhiri perang separatis mereka.

Macan Tamil mengakui telah kehilangan sejumlah wilayah dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah dan menuduh Kolombo membunuhi warga sipil.

Militer membantah hal itu dan mengatakan, warga sipil yang melarikan diri ditembaki oleh pemberontak yang ingin menahan penduduk desa sebagai tameng manusia.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.

Lebih dari 70.000 orang tewas dalam konflik separatis panjang di Sri Lanka sejak 1972.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009