Kabul,  (ANTARA News) - Ketua tim kampanye Presiden Afghanistan Hamid Karzai Jumat menegaskan, bahwa incumbent tersebut memimpin perhitungan suara secara meyakinkan dan tidak diperlukan pemilihan putaran kedua.

Penghitungan suara dalam pemilihan presiden Afghanistan Jumat dinyatakan selesai dan hasilnya akan diumumkan pekan depan. Diperkirakan 40-50 persen warga yang berhak memilih memberikan suaranya dalam pemilihan, kata pelaksana pemilihan Jumat.

Penduduk Afghanistan Kamis memilih presiden baru dan 420 anggota dewan dari 34 dewan perwakilan provinsi, demikian dikutip dari AFP.

"Penghitungan sudah selesai untuk pemilihan presiden," kata pejabat Komisi Pemilihan Independen, Zekria Barakzai kepada AFP.

Sementara itu perhitungan suara untuk dewan provinsi dilanjutkan di Kabul, Nangarhar, Baghlan dan Herat, katanya.

Para pengamat Kamis memperkirakan, tingkat partisipasi warga akan lebih rendah dari 50 persen di banding pemilihan sebelumnya, termasuk untuk parlemen maupun dewan provinsi.

Barakzai, wakil ketua pejabat pemilihan, mengatakan bahwa komisi akan mulai menyiarkan hasil-hasilnya Selasa depan.

"Saya akan menunggu lembar-lembar hasil dari semua provinsi dan mulai 25 Agustus akan mengumumkan sebagian hasil yang kita terima," katanya.

"Dari apa yang kami dapatkan sejauh ini, kami bisa mengklaim bahwa tidak perlu ada pemilihan putaran kedua, dan kami dapat mengklaim bahwa kamilah yang menang," kata ketua tim kampanye Hamid Karzai, Din Mohammad kepada AFP.

"Kami telah mendapat angka-angka ini dari para pengamat kami di tempat-tempat pemungutan suara," katanya menambahkan.

Sementara itu, ledakan-ledakan bom dan serangan-serangan roket terjadi di seluruh penjuru negara itu pada hari pemilihan.

Serangan-serangan tersebut menyebabkan 26 anggota pasukan keamanan Afghanistan dan penduduk sipil tewas, menurut pemerintah.

Namun Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengatakan, tingkat kekerasan dalam pemilihan ini lebih rendah dari diperkirakan.

Kolompok garis keras Taliban mengancam menyerang tempat-tempat pemungutan suara dan memperingatkan penduduk Afghanistan agar tak memberikan suaranya.

Taliban berkuasa antara tahun 1996-2001, kemudian ditumbangkan oleh serangan yang dipimpin AS pada 2001.(*)

 

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009