Kabul/London, Afganistan/Inggris (ANTARA News/AFP) - Dua tentara Inggris tewas akibat ledakan di Afghanistan selatan dalam pemilihan presiden negara itu, kata kementerian pertahanan Inggris pada Jumat.

Tentara itu tewas pada Kamis saat meronda jalan kaki berkala di propinsi Helmand, walaupun tugas mereka tak terkait dengan gerakan keamanan untuk pemilihan umum tersebut, kata pernyataan.

"Dengan sesal mendalam, kami laporkan kematian dua tentara di provinsi Helmand," kata jurubicara Satuan Tugas Helmand, Letnan Kolonel Nick Richardson.

Keluarga mereka sudah diberitahu.

Pengumuman oleh London itu membuat jumlah korban tewas tentara Inggris sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat ke Afghanistan pada 2001 menjadi 206 orang.

Kematian tentara Inggris meningkat tajam sejak awal Juli ketika pasukan Inggris bergabung dengan rekan Afghanistan-nya melancarkan gerakan terhadap pejuang Taliban di Helmand.

Menurut laman mandiri icasualties.com, yang menghitung kematian tentara di Afghanistan, 53 tentara asing tewas di negara terkoayak perang itu pada bulan ini, dengan 285 orang tewas pada 2009.

Pemimpin Afghanistan dan Barat menyatakan pemilihan umum pada Kamis itu berhasil dengan jauh lebih sedikit kekerasan daripada yang diperkirakan, walaupun pejabat mengatakan bahwa 11 petugas pemilihan umum tewas akibat serangan pejuang.

Secara keseluruhan, di Afghanistan terdapat lebih dari 100.000 tentara asing dan hampir dua pertiga dari mereka berasal dari Amerika Serikat, diikuti satuan Inggris pada urutan kedua dan Kanada di tempat ketiga.

Kolonel Richard Kemp, komandan pasukan Inggris di Afghanistan tahun 2003-2004, menyatakan jumlah korban mencapai 200 adalah tonggak sejarah paling penting.

Pertambahan korban jiwa memicu pertikaian politik mengenai sumber daya bagi tentara di Afghanistan, sementara Perdana Menteri Gordon Brown dipaksa mempertahankan siasat Inggris setelah seruan bagi tambahan peralatan dan sepatu bagi tentara di lapangan.

Namun, menurut jajak pendapat di harian "Independent" pada ahir Juli, lebih dari separuh dari warga Inggris berpendapat Inggris tak dapat menang dalam perang di Afghanistan dan ingin melihat penarikan segera tentara dari negara tersebut.

Limapuluh 50 persen dari warga Inggris menganggap serangan terhadap Taliban sebagai kekalahan. Hanya 31 persen tak sependapat, kata jajak pendapat lewat telepon ComRes, yang dilakukan buat suratkabar itu antara 24 hingga 26 Juli.

Sejumlah 50 persen dari 1.008 orang Inggris, yang ditanyai, ingin tentara negara tersebut keluar, sedangkan 43 persen ingin mereka tetap di Afghanistan.

Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya tersebut, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan jibaku untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing di negara tersebut.

Bom rakitan, yang dikenal dengan IED, mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, kata tentara.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009