Denpasar (ANTARA News) - Umat Muslim di Bali pada bulan puasa banyak yang berziarah ke makam Raden Ayu Pemecutan atau Raden Ayu Siti Khotijah di kompleks pemakanan Puri Agung atau Keraton Pemecutan, Denpasar.

"Kalau bulan puasa, umat Muslim banyak datang berziarah setelah mereka selesai melaksanakan shalat tarawih," kata salah seorang penjaga makam yang biasa disebut Keramat Agung Pemecutan itu, I Ketut Gde Fajar di Denpasar, Minggu.

Fajar yang juga putra dari juru kunci Keramat Agung Pemecutan Jro Mangku I Made Puger itu mengemukakan, biasanya para peziarah datang ke makam tersebut untuk mengaji dan berdoa.

"Kalau bulan puasa, umat Muslim yang berziarah memang datang pada malam hari. Kalau siang hari tidak ada. Kalau di luar puasa, yang banyak memang datang pada siang hari," katanya.

Di bulan Ramadhan, katanya, para peziarah umumnya hanya masyarakat di Denpasar dan sekitarnya. Mereka datang secara berkelompok maupun sendiri-sendiri. Sementara di luar bulan puasa, peziarah datang dari Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, Kalimantan, bahkan dari Malaysia.

Menurut Fajar, keberadaan makam Siti Khotijah menjadi salah satu alat pemersatu antara umat Muslim dengan Hindu yang merupakan agama mayoritas masyarakat di Pulau Bali.

"Dari tempat ini, kami mendeklarasikan terbentuknya organisasi Persaudaraan Hindu Muslim Bali pada tahun 2006. Kami saling bahu membahu setiap ada kegiatan keagamaan Hindu maupun Islam," ujarnya.

Satu-satunya makam Muslim di tengah pemakaman umat Hindu itu terletak di Desa Pemecutan, Kecamatan Denpasar Barat. Makam itu dikeramatkan oleh umat Hindu dan juga umat Muslim.

Jro Mangku I Made Puger dalam bukunya, "Sejarah Keramat Agung Pemecutan" menyebutkan bahwa Raden Ayu Siti Khotijah adalah putri dari Raja Pemecutan. Raden Ayu Siti Khotijah sebelum memeluk Islam bernama Gusti Ayu Made Rai.

Ia memeluk Islam setelah dipersunting oleh Pangeran Cakraningrat IV dari Bangkalan, Madura. Bangsawan asal Madura itu menikahi putri Raja Pemecutan setelah berhasil menyembuhkan Gusti Ayu Made Rai yang sakit kuning selama bertahun-tahun.

Sebagai bentuk rasa terima kasih atas bantuan tersebut, Raja Pemecutan menikahkan putrinya dengan Cakraningrat IV. Setelah diboyong ke Bangkalan, sang putri memeluk Islam dan berganti nama menjadi Raden Ayu Siti Khotijah. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009