Hyderabad, India (ANTARA News) - Kota Hyderabad, ibukota Negara Bagian Andhra Pradesh di India, sudah lama dikenal sebagai salah satu daerah pengembangan informasi teknologi terkemuka di dunia.

Silicon Valley India menjadi sebutan lain Hyderabad, karena di daerah ini terdapat banyak perusahaan-perusahaan raksana IT dunia yang membuka bisnisnya, seperti Microsoft, IBM, Wipro, dan lainnya.

Sebagai kota terbesar di India, Hyderabad juga menyimpan banyak potensi warisan budaya Hindu dan Islam, yang menjadi tujuan wisata masyarakat dari berbagai negara.

Di tengah kekayaan potensi warisan budaya dan teknologi yang dimiliki, Hyderabad ternyata juga tidak lepas dari berbagai problem sosial kemasyarakat, seperti halnya kota-kota besar lainnya di India.

Selain kemiskinan, buruknya sistem lalu lintas di Hyderabad menjadi problem krusial. Kesadaran dan perilaku masyarakat dalam berlalu lintas sangat rendah, kendati telah banyak peraturan yang dikeluarkan. Hal sama juga terjadi di seluruh kota-kota di India.

Sebagai contoh auto rickshaw atau bajaj. Kendaraan roda tiga yang banyak dijumpai di jalanan Kota Jakarta, di India bisa dijejali hingga delapan penumpang dari seharusnya hanya untuk memuat empat orang.

Sopir bajaj dan masyarakat pengguna transportasi ini, mengabaikan faktor kenyamanan dan keselamatan. Selain biayanya yang sangat murah, sekitar Rp2.000 hingga Rp4.000 sekali jalan, bajaj bisa menjangkau hingga ke pelosok wilayah yang tidak lewati kendaraan umum lainnya.

Agaknya peraturan yang ada di India bukan untuk dipatuhi. Bus kota, truk, mobil, serta bajaj, bercampur dengan sepeda motor memenuhi jalanan.

Semua saling berebut dan berdesakan, seakan tidak mau mengalah. Sebagian besar pengendara sepeda motor juga tidak mengenakan helm pengaman dan sering bersikap ugal-ugalan.

Karena itu, jangan heran kalau di jalanan utama dan kawasan pinggiran Kota Hyderabad, akan mudah ditemui mobil-mobil dengan bodi penyok atau tergores. Senggolan antar-kendaraan bermotor sudah menjadi pemandangan biasa.

"Kalau mobil kena senggol kendaraan lain, pemiliknya jarang marah karena mereka sendiri biasanya juga melakukan seperti itu," kata Janagath, salah seorang warga Gachibowli, Hyderabad.

Dengan sedikit bercanda, ia mengatakan kalau rem yang pakem menjadi komponen vital bagi semua kendaraan. "Tanpa diduga, kita harus mengerem sewaktu-waktu, karena dipotong kendaraan lain dari arah samping," ujarnya.

Kekacauan dan keruwetan lalu lintas akan sangat terasa di kawasan pertigaan, perempatan atau bundaran yang menjadi pertemuan arus kendaraan. Kondisi kemacetan makin parah, karena sebagian lampu lalu lintas tidak berfungsi dengan baik.

Belum lagi ditambah kebisingan, karena bunyi klakson kendaraan yang bersautan dan memekakkan telingan. Orang India memang sangat hobi bermain klakson, tanpa mempedulikan kondisi sekitarnya.

"Di Jakarta yang kondisi lalu lintasnya juga macet, orang masih sangat jarang membunyikan klakson mobil karena bisa memicu emosi pengendara lain. Tapi disini (Hyderabad), menekan klakson keras-keras sudah biasa," kata Atik Jauhari, pelatih bulu tangkis asal Indonesia yang sejak setahun terakhir melatih pemain-pemain India.

"Waktu pertama kali datang ke India, saya sempat kaget juga dengan kondisi itu. Tapi lama-lama sudah terbiasa. Hampir di seluruh India, kondisi lalu lintasnya juga sama," tambah mantan pelatih Pelatnas ini.

Kematian Tertinggi
Rendahnya sikap disiplin berlalu lintas masyarakat India tersebut, memang cukup memprihatinkan karena tidak sedikit korban berjatuhan di jalan raya akibat kecelakaan.

Belum lama ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan tahunan soal keselamatan jalan raya, menyebutkan angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas di India, merupakan yang tertinggi di dunia.

Menurut WHO, ketika negara-negara maju sudah bekerja keras menata sistem transportasi jalan untuk mengurangi risiko kecelakaan, negara-negara dunia ketiga yang sedang berkembang atau negara miskin, justru kesulitan membenahi masalah tersebut.

Jika hal ini tidak segera dibenahi, kematian di jalan raya bisa menjadi "pembunuh" terbesar kelima di dunia pada 2030 mendatang.

Saat ini, sekitar 90 persen kematian di jalan raya di seluruh dunia, terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah, meskipun jumlah kendaraan bermotor di negara tersebut tidak banyak.

Laporan terakhir Biro Pencatatan Kejahatan Nasional (NCRB) India yang dilansir media setempat, Time Of India pada pekan lalu, menyebutkan sedikitnya 13 orang meninggal setiap jam akibat kecelakaan di jalan raya.

Lembaga itu menjelaskan sekitar 114.000 orang di India, kehilangan nyawa di jalan selama 2007. Angka itu jauh lebih rendah dibanding kecelakaan jalan di negara paling padat penduduknya di dunia, yakni China, yang hanya sekitar 89.455 orang pada 2006.

Sekitar 22 persen korban meninggal akibat kecelakaan truk, 19 persen kendaraan roda dua, 11 persen angkutan bus, dan sembilan persen menimpa para pejalan kaki.

Negara Bagian Andhra Pradesh dengan ibukota Hyderabad menyumbang angka kematian terbesar akibat kecelakaan, yakni sekitar 12 persen, diikuti Maharashtra dan Uttar Pradesh masing-masing 11 persen.

Selama kurun waktu 2006 dan 2007, angka kematian di jalan raya di wilayah India mengalami kenaikan sekitar 6,1 persen. Namun, sejumlah pakar transportasi dan keselamatan jalan raya memperkirakan angka itu bisa lebih tinggi karena banyak kasus kecelakaan yang tidak dilaporkan.

"Tidak ada perkiraan yang pasti, berapa banyak korban yang luka atau meninggal setiap jam atau setiap hari, akibat kecelakaan di jalan," kata anggota Kerjasama dan Komisi Keselamatan Jalan PBB perwakilan Asia, Rohit Baluja.

Berdasarkan laporan yang dikumpulkan dari 178 negara anggota PBB, disebutkan bahwa tidak kurang 1,2 juta orang meninggal di jalan raya pada 2006 dan 2007. Sedangkan korban luka-luka mencapai 20-25 juta orang.

Rohit Baluja mendesak pemerintah pusat maupun pemerintah negara bagian di India, untuk membangun infrastruktur jalan dan membenahi sistem lalu lintas guna menekan angka kecelakaan.

India memang telah memiliki kemajuan teknologi, tidak sedikit warganya yang masuk daftar orang terkaya di dunia dan mempunyai ilmuwan maupun cendekiawan kelas dunia.

Namun, negara berpenduduk lebih kurang 1,1 miliar jiwa ini, tetap masih belum bisa maju dalam banyak, termasuk buruknya sistem lalu lintas.(*)

Oleh Didik Kusbiantoro
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009