Banjarmasin (ANTARA News) - Dua mesin pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Kabupaten Banjar, Kalsel tidak beroperasi, menyusul menyusutnya air Waduk Riam Kanan sejak dua bulan terakhir karena kemarau.

Kepala PLTA Riam Kanan, Kardoyo, di Banjarmasin Rabu mengatakan, sekarang kedalaman air waduk hanya tinggal 54,96 meter, sedangkan dalam kondisi normal sekitar 58 hingga 60 meter.

Dengan demikian, kata dia, untuk mempertahankan air tetap ada di waduk hingga musim hujan yang diprediksi terjadi akhir Oktober pihaknya terpaksa menghentikan dua unit dari tiga unit mesin PLTA.

"Saat ini hanya satu unit mesin yang beroperasi, itupun kapasitasnya hanya tujuh megawatt (MW) pada malam hari dari kapasitas seharusnya 10 MW," kata Kardoyo.

Sementara untuk siang hari, kapasitas kembali diturunkan menjadi hanya 4 MW dengan pola dua jam nyala tiga jam mati.

Dalam situasi normal, kapasitas tiga mesin PLTA mencapai 30 MW dan hidup secara terus menerus.

Diturunkannya kapasitas mesin tersebut, berarti defisit daya PLN Kalsel kian besar menjadi 23 MW pada malam hari dan siang hari mencapai 26 MW.

Saat in, bila mesin PLTA dalam kondisi normal defisit daya PLN Kalsel mencapai 50-60 MW, dengan tidak beroperasinya PLTA berarti defisit daya PLN Kalsel-Kalteng semakin besar.

Menurut Kardoyo, dihentikannya operasi secara permanen dua mesin dan hanya menyalakan satu mesin merupakan upaya untuk menghemat air waduk agar bisa tahan hingga akhir Oktober.

Selain itu, bila mesin dipaksakan hidup seperti kapasitas normal akan merusak turbin sehingga mesin tidak bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu lebih panjang.

"Kurangnya kapasitas daya dari PLTA menjadi salah satu penyebab terjadinya pemadaman listrik yang kini sering terjadi," kata Kardoyo.

Penyetopan dua mesin pembangkit PLTA juga dilakukan untuk menghemat air waduk guna memenuhi kebutuhan air minum masyarakat.

Istiqosah

Mengantisipasi kondisi air waduk agar tidak semakin surut, kata Kardoyo, pihaknya telah melaksanakan shalat istiqosah hingga tiga kali untuk meminta kepada Tuhan agar segera diturunkan hujan.

Shalat yang sama, kata dia, juga akan dilaksanakan kembali pada dua September mendatang dengan mendatangkan alim ulama dalam jumlah yang lebih banyak.

"Hanya itu yang bisa kita lakukan agar air waduk tidak habis," kata dia.

Kardoyo memperkirakan hingga akhir Oktober sisa air waduk tinggal 53,38 meter.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009