Jika berbicara klub favorit saya di Eropa saya tentunya pilih Barcelona
Jakarta (ANTARA) - Bek sayap Persija Jakarta, Alfath Faathier ternyata belum begitu lama mengoleksi jersey tim favoritnya dan ternyata jersey klub Barcelona tanpa nama pemain adalah yang pertama dibelinya.

“Jersey pertama yang saya beli jersey Barcelona. Waktu itu tahun 2016 pertama kali saya beli jersey itu. Warnanya kuning kalo tidak salah tanpa nama,” kata Alfath Faathier seperti dilansir laman tim yang dipantau di Jakarta, Senin.

Bagi pemain dengan nomor punggung 66 itu, Barcelona merupakan tim istimewa. Apalagi dengan gaya tiki-taka yang menjadi andalan dan bisa membawa tim Blaugrana itu merengkuh prestasi baik di Liga Spanyol maupun Eropa.

Baca juga: Bek Persija Alfath Faathier manfaatkan waktu dengan 'core training'

Alfath mengaku sangat kagum dengan pola permainan yang disempurnakan oleh Pep Guardiola tersebut. Bahkan, dengan memainkan strategi itu Barcelona menjelma menjadi salah satu tim yang paling sulit untuk dikalahkan pada jamannya.

“Jika berbicara klub favorit saya di Eropa saya tentunya pilih Barcelona. Dari segi permainan, Barcelona era Pep Guardiola adalah yang terbaik bagi saya. Apalagi semenjak mereka memainkan pola tiki-taka saya semakin suka Barcelona,” kata Alfath menambahkan.

Baca juga: Persija setuju liga dilanjutkan jika kondisi aman

Alfath Faathier merupakan salah satu pemain baru di tim yang berjuluk Macan Kemayoran itu guna mengarungi kompetisi Liga 1 musim 2020. Sebelumnya pemain berusia 24 tahun ini merupakan salah satu pemain andalan Madura United FC.

Atas kemampuannya yang apik, pemain yang belum lama mengakhiri masa lajang itu juga beberapa kali menjadi tulang punggung tim nasional yang di antaranya saat berlaga di Piala AFF 2018.

Baca juga: Menikah diharapkan Alfath Faathier jadi energi positif untuk karirnya

Saat ini pemain kelahiran Purwakarta, Jawa Barat itu fokus untuk mempertahankan kebugaran dan kondisi fisik karena kompetisi Liga 1 masih dihentikan karena pandemi COVID-19 yang hingga saat ini belum tuntas.

Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2020