Bogor (ANTARA News) - Lembaga Konservasi "ex-situ" (di luar habitat) Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar), berhasil lagi dalam upaya-upaya konservasi satwa, setelah seekor anak unta (camelus dromedarius) yang diberina nama "Ramadani", berkelamin betina lahir.

Kepala Humas TSI Cisarua Yulius H Suprihardo di Bogor, Jabar, Sabtu menjelaskan, anak unta itu lahir pada hari Jumat (28/8) 2009 pada pukul 11.30 WIB, dan beberapa menit kemudian anak unta ini sudah mulai menyusu pada induknya.

"Karena lahir di bulan Ramadhan, maka anak unta yang lahir dari induk betina bernama Inul berusia 13 tahun, dan pejantan bernama Jeki berusia 15 tahun diberi nama `Ramadani`," katanya.

Ia menjelaskan bahwa unta betina mempunyai masa kebuntingan selama 13 bulan.

Menurut dia, penyebaran unta banyak terdapat di negara Afrika Utara, dan Arab Saudi di Timur Tengah dengan habitat padang pasir.

Hanya saja, kata dia, unta?unta yang ada di TSI Cisarua didatangkan dari Australia yang merupakan hasil peternakan di negeri kanguru tersebut.

Dikemukakannya bahwa satwa unta tahan tidak minum selama berhari?hari, tetapi sekali minum dapat menghabiskan 80 liter air dalam waktu 10 menit.

Unta dewasa, katanya, bisa mencapai berat 600 kg.

Ia menambahkan, saat ini TSI Cisarua terdapat sebanyak 18 ekor unta terdiri atas sembilan ekor berkelamin betina dan sembilan ekor berkelamin jantan.

Dengan lahirnya seekor unta baru tersebut, kata dia, maka jumlah unta yang ada di TSI bertambah menjadi 19 ekor.

Dikatakannya bahwa TSI juga mempunyai koleksi unta jenis punuk dua (camelus bactrianus ) yang sangat langka dan hanya terdapat di gurun Gobi.

Unta jenis ini sangat terancam bahaya kepunahan, karena di alam liar hanya terdapat kurang lebih 500 ekor saja.

"Bagi TSI Cisarua, lahirnya unta bernama Ramadani ini sekaligus sebagai hadiah menjelang lebaran," kata Yulius H Suprihardo.(*)


Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009