Teheran (ANTARA News/AFP) - Kementerian luar negeri Iran memperingatkan bahwa Teheran tidak akan tunduk kepada `ancaman dan tekanan` batas waktu yang ditetapkan negara-negara kuat dunia berkaitan dengan program nuklirnya yang kontroversial.

"Kami adalah negara yang percaya dengan dialog dan interaksi, namun jika mereka (enam negara kuat dunia) ingin menetapkan batas waktu sebagai ancaman dan tekanan, hal itu tak bisa diterima," kata juru bicara kementerian luar negeri Hassan Ghashghavi.

Laporan kantor berita IRNA Kamis mengatakan, reaksi Iran tersebut muncul setelah Amerika Serikat dan lima negara kuat lainnya mendesak republik Islam itu Rabu, untuk menerima tawaran perundingan tatap-muka soal nuklirnya, sebelum pertemuan penting PBB akhir September depan.

Kelima negara tersebut adalah Inggris, China, Rusia, Prancis dan Jerman.

Para diplomat senior dari enam negara kuat, yang dikenal sebagai P5+1, dan Uni Eropa, Rabu bertemu di Frankfurt. Mereka menyeru Iran agar menerima tawaran mereka untuk berunding secara langsung.

Ghashghavi mengatakan, persoalan nuklir Iran harus dibicarakan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dan bukan oleh Dewan Keamanan PBB.

"Mereka harus memahami bahwa negara dan pemerintah Iran tidak akan tunduk kepada tekanan-tekanan. Iran akan maju dengan programnya itu berdasarkan peraturan-peraturan internasional," katanya seperti dikutip oleh IRNA.

Dia juga mengabaikan ancaman sanksi-sanksi lanjutan jika Iran gagal melakukan perundingan dengan kekuatan global.

Juru bicara Deplu AS, Ian Kelly, Rabu mengatakan bahwa negara-negara kuat dunia mendesak bahwa `pemecahan dengan cara perundingan masih terbuka bagi Iran.`

"Mereka mengharapkan Iran ... merespon akan menerima perundingan tersebut April sebelum Sidang Umum PBB," kata Kelly kepada wartawan.

Sidang Umum PBB akan berlangsung di New York 21 September mendatang.

Pertemuan di Frankfurt yang diadakan setelah laporan IAEA pekan lalu mengatakan, Iran memperlambat produksi pengayaan uraniumnya, yang bisa digunakan untuk pembuatan senjata nuklir, dan setuju untuk memperketat pemantauan pabrik pengayaan uranium tersebut.

Selama ini Iran membantah keras dan menegaskan bahwa program nuklirnya adalah untuk keperluan damai, meskipun negara-negara Barat mencurigai Teheran berniat akan memproduksi senjata atom.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009