Kairo (ANTARA News/AFP) - Liga Arab dan gerakan Hamas menyatakan, Minggu, negara Arab tidak seharusnya menormalisasi hubungan dengan Israel selama negara Yahudi itu masih melanjutkan rencana membangun permukiman di wilayah Palestina yang diduduki.

"Mustahil berbicara tentang normalisasi ketika Israel menolak langkah yang berarti," kata ketua Liga Arab Amr Mussa pada jumpa pers bersama pemimpin Hamas Khaled Meshaal.

"Israel tetap pada sikap kerasnya dan menolak setiap langkah yang berarti" mengenai pembekuan pembangunan permukiman, katanya.

Pernyataan itu disampaikan setelah Menteri Perhubungan Israel Yisrael Katz mengatakan, Minggu, negara Yahudi itu tidak akan menghentikan rencana untuk mendorong pembangunan permukiman meski ada kecaman-kecaman luas.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu "akan mengumumkan dalam beberapa hari ini pembangunan ratusan rumah lagi" di wilayah pendudukan Tepi Barat, kata Katz, sekutu dekat kepala pemerintahan Israel tersebut, kepada radio pemerintah.

Jumlah rumah baru yang akan disetujui pembangunannya berkisar antara 400 dan 700 unit, kata media Israel.

Mussa menyatakan tidak yakin ada pemerintah Arab yang mau menawarkan kepada Israel normalisasi hubungan.

"Masalah (normalisasi) ini harus ditutup," kata pemimpin Liga Arab itu.

"Saya yakin akan ada reaksi sangat keras di dunia Arab jika kami mengetahui bahwa ada pihak yang melakukan normalisasi (hubungan dengan Israel)," tambahnya.

Meshaal sependapat dengan Mussa dan memperingatkan negara-negara Arab "agar tidak memberi Israel hadiah normalisasi".

Washington selama berbulan-bulan mendesak Israel menghentikan pembangunan semua kegiatan pembangunan permukiman dan negara-negara Arab mengambil langkah ke arah normalisasi hubungan dengan negara Yahudi itu untuk menghidupkan lagi perundingan perdamaian Timur Tengah yang terhenti akhir tahun lalu karena perang Israel dengan Hamas di Jalur Gaza.

Kekerasan di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember tahun lalu.

Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza.

Militer Israel menyatakan, lebih dari 200 roket dan bom ditembakkan dari Jalur Gaza ke Israel sejak berakhirnya ofensif 22 hari negara Yahudi itu terhadap Hamas yang menguasai Gaza, pada Desember dan Januari.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009