Surabaya (ANTARA News) - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur memprediksikan Idul Fitri 1430 Hijriah akan jatuh pada 20 September, sedang pemerintah memprediksi pada 21 September.

"Kemungkinan sama itu terjadi karena tinggi hilal berkisar 5-8 derajat dan tergolong imkanur rukyat," kata koordinator Tim Rukyat PWNU Jatim H Sholeh Hayat kepada ANTARA News di Surabaya, Senin.

Namun, kata Wakil Ketua PWNU Jatim itu, PWNU Jatim akan tetap menurunkan tim rukyatul hilal di sembilan lokasi, karena Nabi Muhammad SAW memerintahkan berpuasa dan berbuka dengan rukyatul hilal (melihat hilal atau rembulan usia muda sebagai penanda pergantian kalender).

"Idul Fitri tahun ini sangat dimungkinkan bersamaan antara NU, Muhammadiyah, dan pemerintah, karena indikasi ke arah itu cukup kuat sekali," katanya.

Indikasi kuat itu didukung hisab (perhitungan matematis) ulama NU, Muhammadiyah, ahli hisab independen yang mencapai imkanur rukyat.

"Imkanur rukyat adalah kesepakatan Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura tentang ketinggian minimal untuk melihat hilal, yakni minimal 2 derajat," katanya.

Padahal, katanya, hasil hisab tahun ini menunjukkan bahwa ijtimak (pertemuan rembulan dan bumi dalam satu garis untuk menandai awal kalender) terkait akhir Ramadhan terjadi pada hari ke-30 puasa atau 20 September.

"Saat ijtimak itu, tinggi hilal pada hari Sabtu (19 September 2009) setelah ghurub (matahari terbenam) antara 5-8 derajat, sehingga sudah masuk kategori imkanur rukyat," katanya.

Oleh karena itu, katanya, PWNU Jatim memperkirakan hari raya Idul Fitri akan bersamaan waktunya antara NU, Muhammadiyah, dan pemerintah.

Ia menambahkan sembilan lokasi rukyat PWNU Jatim antara lain Pantai Serang (Blitar), Bukit Condro (Gresik), Tanjungkodok (Lamongan), Pantai Ambet (Pamekasan), Pantai Nambangan (Kenjeran, Surabaya), dan Pantai Gebang (Bangkalan). (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009