London (ANTARA News/AFP) - Harga emas dapat melompat kembali di atas 1.000 dolar AS karena melemahnya dolar AS dan buruknya permintaan untuk aset-aset lain, tetapi pasar mungkin jatuh jika disinflasi merasuk, kata konsultan GFMS, Senin.

GFMS mengeluarkan survei tahunan emas setelah logam mulia melompat pada Jumat menjadi 1.011,95 dolar AS per ons - tingkat tertinggi sejak menyentuh rekor 1.032,70 dolar AS pada Maret 2008.

Harga tertarik kembali di bawah batas 1.000 dolar AS karena banyak pedagang mengambil keuntungan dari kenaikan kuat minggu lalu.

Dorongan ke atas sebagian besar didorong oleh pelemahan dalam mata uang AS yang membuat komoditas yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pemegang mata uang kuat, sehingga mendorong permintaan.

"Pada keseimbangan, kami masih melepas keuntungan terhadap harga dalam jangka menengah," kata ketua GFMS Philip Klapwijk dalam kelompok survei tahunan pada Senin.

"Itu terutama karena kami melihatnya sebagai kemungkinan besar monetisasi utang dan suku bunga ultra-rendah, khususnya di Amerika Serikat, akan di beberapa kawasan sehingga membangun tekanan inflasi.

"Lemparkan dalam pelemahan dolar dan kekecewaan atas aset konvensional karena argumen tunas hijau (pemulihan ekonomi) layu dan kemudian emas juga jauh di atas 1.000 dolar menjadi memungkinkan."

Emas biasanya mendapat dukungan dari kekhawatiran tentang inflasi yang lebih tinggi karena logam secara luas dianggap oleh investor sebagai tempat penyimpanan nilai yang aman.

Namun, GFMS memperingatkan pada Senin, bahwa kecederungan naik saat ini mungkin tidak akan berkelanjutan jika paket-paket stimulus global gagal meningkatkan permintaan dalam ekonomi dunia yang babak belur dan inflasi turun.

"Hal ini jauh dari jaminan bahwa `bull` (gairah) berjalan di harga emas akan terus berlanjut," konsultan yang berbasis di London memperingatkan.

"GFMS percaya dasar untuk (a) itu masih mungkin tren-nya berbalik, akan terjadi jika berbagai program moneter dan stimulus fiskal gagal meremajakan ekonomi dunia, memberi makan melalui ke kondisi `disinflationary`."

"Ini diperkirakan berdampak terhadap emas yang pada gilirannya mungkin diperbesar oleh investor yang mencari keamanan di luar dari surat berharga negara AS, yang akan meningkatkan nilai dolar AS."(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009