Jakarta (ANTARA News) - Tewasnya gembong teroris Noordin M Top dalam sebuah penyergapan yang dilakukan polisi di sebuah rumah di Jebres, Solo, Jawa Tengah, Kamis, diharapkan bisa menyadarkan pendukung dan simpatisannya.

Juru Bicara Eminent Persons Group (EPG), Musni Umar, di Jakarta, Kamis, mengatakan EPG berharap peristiwa ini bisa menyadarkan para pendukung dan simpatisan Noordin agar bertobat, karena tindakan yang mereka lakukan selama ini melenceng dari ajaran agama Islam.

"Jika para pendukung dan simpatisanya tidak segera sadar dan tobat, bukan tidak mungkin nantinya mereka yang akan menjadi sasaran penyergapan polisi," kata Musni Umar.

Dikatakannya, jika ingin berjihad sesuai ajaran agama Islam, bisa melakukannya dengan cara memerangi kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan masyarakat, bukan dengan cara membunuh umat manusia yang tidak berdosa.

Menurut dia, EPG menyambut gembira dan memberikan apresiasi tinggi terhadap keberhasilan jajaran Polri dalam melakukan penyergapan terhadap anggota jaringan teroris yang dipimpin Noordin M Top di sebuah rumah di Kecamatan Jebres, Surakarta, Jawa Tengah, sejak Rabu (16/9) tengah malam hingga Kamis pagi.

Dalam penyergapan tersebut polisi berhasil menewaskan empat anggota jaringan teroris yang berada di dalam rumah tersebut, salah satunya adalah Noordin M Top.

"Ini berita menggembirakan. Mudah-mudahan peristiwa ini menjadi momentum untuk meningkatkan hubungan kerja sama yang lebih harmonis antara Indonesia dan Malaysia," kata juru bicara lembaga yang dibentuk antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Malaysia Abdullah Badawi, pada tahun lalu ini.

Menurut dia, Noordin M Top selama ini menjadi salah satu masalah yang mengganggu hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia.

Sementara itu, Kapolri dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis, mengatakan kepastian salah satu jenazah yang tewas dalam penangkapan tersebut adalah Noordin M Top setelah polisi melihat kecocokan antara data sidik jari Noordin yang dimiliki Polri dengan sidik jari salah satu jenazah.

"Sidik jari Noordin diperoleh dari Kepolisian Diraja Malaysia dan dicocokkan dengan sidik jari jenazah dan ternyata ada 14 titik kesamaan pada jari kanan dan kiri," katanya yang sudah bisa dipertanggungjawabkan secara yuridis formal.

Tiga anggota jaringan teroris yang tewas bersama Noordin dalam rumah tersebut yakni Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Hadi Susilo dan Aryo Sudarso alias Aji.

Agus adalah residivis dalam kasus pengeboman gedung Kedutaan Besar Australia tahun 2004 yang divonis tujuh tahun penjara, tetapi hanya menjalani hukuman selama empat tahun karena dibebaskan secara bersyarat setelah mendapat remisi.

Agus yang juga diduga meracik bom yang meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton lolos dalam penangkapan polisi di Solo pada 16 Agustus 2008, sedangkan Hadi Susilo adalah orang yang menyewa rumah dan diduga ikut menyediakan tempat persembunyian bagi Noordin M Top.

Kemudian, Aryo Sudarso alias Aji adalah perakit bom yang juga terlibat dalam jaringan terorisme adalah sebagai penyedia bahan peledak dan menyembunyikan buronan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009