Kota Vatikan (ANTARA News/AFP) - Paus Benediktus XVI sedih akibat serangan bom jibaku "mengerikan" pada Kamis di Kabul, yang menewaskan enam tentara Italia serta 10 warga Afganistan, kata juru bicaranya.

"Sri Paus mengungkapkan duka citanya, berdoa bagi korban dan menyampaikan pikirannya kepada keluarga yang luka dan semua yang terkena serangan mengerikan itu," kata juru bicara Romo Federico Lombardi kepada kantor berita Prancis AFP.

"Biarkan usaha untuk perdamaian diteruskan, meskipun ada kekerasan mengerikan itu," tambahnya.

Serangan Kamis itu --salah satu paling mematikan atas tentara Barat di Kabul-- menjadikan 21 jumlah tentara Italia tewas di Afganistan sejak 2004, kata laman kementerian pertahanan Italia.

Serangan tersebut menewaskan 10 warga Afganistan, enam tentara Italia dan mencederai 55 orang lain, kata juru bicara kementerian dalam negeri negara terkoyak perang itu.

"Duapuluh satu toko dan tujuh kendaraan hancur," kata juru bicara Zemari Bashary kepada AFP, dengan mengecam serangan itu.

Di Roma, kementerian pertahanan Italia memastikan enam tentara Italia tewas akibat ledakan itu. Mereka adalah bagian dari pasukan pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO, yang dikerahkan di Afganistan untuk memerangi gerilyawan Taliban.

Juru bicara Taliban pada Kamis menyatakan bertanggung jawab atas serangan jibaku terhadap pasukan NATO di Kabul tersebut.

"Itu adalah serangan bom jibaku, yang menewaskan 10 tentara Italia dan empat kendaraan mereka hancur," kata Zabihullah Mujahid, juru bicara kelompok garis keras itu, "Kami bertanggungjawab."

Juru bicara Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO menyatakan enam tentara asing tewas, sementara tiga warga juga dilaporkan tewas akibat ledakan bom di jalan raya menuju bandar udara Kabul itu.

Pejuang Taliban melancarkan perlawanan untuk merebut kembali kekuasaannya sesudah digulingkan dari pemerintahan dalam serbuan pimpinan Amerika Serikat pada ahir 2001.

Perlawanan itu menghebat, dengan tahun ini menjadi saat paling mematikan baik bagi Afgan maupun ke-90.000 tentara asing, yang ditempatkan di negara terkoyak perang tersebut, yang memicu ketakutan akan keamanan pada pemilihan presiden pada 20 Agustus.

Selain melawan pejuang itu, tentara asing dari terutama Amerika Serikat, Inggris dan Kanada membantu Kabul membangun pasukan keamanannya.

Italia menempatkan sekitar 3.250 tentara di Afganistan, termasuk tambahan 500 orang pada Juli menjelang pemilihan presiden pada 20 Agustus.

Terdapat sekitar 100.000 prajurit asing, terutama dari Amerika Serikat, Inggris dan Kanada, di Afganistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi perlawanan, yang dikobarkan sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan jibaku untuk melawan pemerintah Afganistan dan pasukan asing di negara terkoyak perang tersebut.

Bom rakitan, yang dikenal dengan IED, mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing, kata tentara.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009