Tasikmalaya (ANTARA News) - Objek wisata suku adat Kampung Naga, di desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Bandung, kembali dibuka sejak  Idul Fitri 1430 hijriyah.

"Kami sekarang sudah menerima wisatawan yang ingin berkunjung ke Kampung Naga," kata kuncen Kampung Naga, Ucu di Tasikmalaya, Selasa.

Dibukanya Kampung Naga bagi masyarakat yang ingin berkunjung menyusul surat keputusan (SK) tentang subsidi minyak tanah bagi masyarakat kampung Naga.

Wisatawan yang mengisi waktu libur Lebaran bebas mengabadikan gambar dan bertanya silisiah keberadaan kampung Naga, bahkan bebas berbincang-bincang dengan penduduk Kampung adat yang berada dipelataran rumah panggung.

Sejak dibebaskannya akses ke Kampung Naga kata Ucu banyak wisatawan berbondong-bondong memasuki lokasi Kampung Naga dengan menuruni tangga dari pintu utama jalan raya.

Dikatakan Ucu sejak Lebaran banyak turis asing dari Belanda, dan domestik dari Jakarta, Bandung, serta pengunjung lokal dari Tasikmalaya, Garut dan wilayah Priangan Timur berwisata ke Kampung Naga.

"Kemarin saja (Senin) dua bus turis dari Belanda datang ke Kampung Naga," katanya.

Dikatakan Ucu jumlah pengunjung sejak mulai dibuka kembali, satu hari mencapai 1.500 hingga 2.000 pengunjung dari berbagai daerah, hingga memadati pelataran parkir.

Kembali dibukanya Kampung Naga disambut gembira oleh wisatawan lokal warga Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya Aris Fitrian, yang sengaja menghabiskan waktu libur Lebaran dengan mengunjungi kampung adat.

"Kami senang Kampung Naga kembali dibuka, karena kampung ini memiliki kekuatan budaya dan adat leluhur yang masih tetap dilestarikan," kata Aris yang datang bersama rombongan rekannya.

Sementara itu penduduk Kampung Naga sejak Mei 2009 menyatakan menutup diri dengan tidak menerima wisatawan berkunjung ke lokasi pemukiman Kampung adat.

Aksi tutup diri itu sebagai peringatan kepada pemerintah untuk memperhatikan penduduk Kampung Naga yang memerlukan minyak tanah sebagai kebutuhan pokok.

Sejak ditutup banyak para wisatawan yang datang dari luar negeri dan lokal kecewa karena ditolak dan tidak boleh masuk selama pemerintah belum merealisasikan keinginan penduduk kampung Naga.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009