Jambi (ANTARA News) - Ratusan penumpang yang akan terbang ke Jakarta terlantar di Bandara Sultan Thaha Saefudin (STS) Jambi, karena pesawat tidak bisa terbang terganggu kabut asap tebal yang menyelimuti Kota Jambi.

Pantauan ANTARA di Bandara Sultan Thaha Jambi, Selasa, hingga pukul 20.30 WIB, ratusan penumpang masih menunggu kepastian keberangkatan dari pihak perusahaan penerbangan dan bandara.

Ratusan penumpang itu menumpuk di ruang tunggu Bandara dan ada juga yang menunggu di pintu masuk bandara yang kini dikelola oleh PT Angkasa Pura II ini, mereka mengaku kecewa dan kesal dengan kabut asap itu.

Di antara ratusan penumpang yang terlantar itu tampak salah seorang bakal calon gubernur (bacagub) Jambi, Hazrin Nurdin yang juga adik kandung Gubernur Jambi saat ini, H Zulkifli Nurdin yang ikut tertunda penerbangannya.

Kepala Bandara STS Jambi Basuki Mardianto mengatakan, sebelumnya sekitar pukul 15.00 WIB bandara sudah bisa dibuka kembali setelah paginya sempat ditutup akibat kabut asap.

Namun lantaran kabut asap tetap tebal dan jarak pandang tetap pendek hanya sekitar 500 meter, akhirnya pesawat dari Jakarta tidak bisa mendarat di Jambi dan kembali lagi ke Jakarta.

Menurut informasi, penumpang yang terlantar di Jambi diberikan pengganti tiket keberangkatan pada Rabu (30/9).

Basuki menjelaskan, secara resmi bandara ditutup pada pukul 10.30 WIB dan bisa beroperasi kembali pada pukul 15.00 WIB, namun beberapa saat kemudian bandara ditutup kembali lantaran kabut asap tak juga menipis.

Pada pagi harinya kabut asap tidak begitu tebal, sehingga pesawat masih bisa terbang, tetapi sekitar pukul 10.00 WIB, kabut mulai tebal dan jarak pandang sudah mulai pendek dan diputuskan ditutup sementara.

Ketika ditutup, jarak pandang hanya sekitar 500 meter, sedangkan jarak pandang minimal agar pesawat bisa terbang 1.600 meter.

Menurut Basuki, pagi harinya jarak pandang masih aman dan pesawat bisa terbang, pada pukul 10.30 WIB pesawat Mandala siap terbang ke Jakarta, namun ketika penumpang sudah naik di pesawat, pihak bandara mengintruksikan untuk menunda penerbangan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009