Istanbul (ANTARA News/AFP) - Dana Moneter Internasional (IMF), Kamis meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun ini menjadi 8,5 persen, mengatakan raksasa Asia itu membantu mendorong pemulihan regional.

Proyeksi baru IMF, yang dibuat dalam laporan dua kali setahun World Economic Outlook, adalah dua persentase poin lebih tinggi dari perkiraan April 6,5 persen -- dan di atas delapan persen perkiraan pemerintah karena kunci stabilitas sosial.

Tetapi lembaga yang berbasis di Washington itu memperingatkan bahwa pertumbuhan kredit yang cepat dalam ekonomi terbesar ketiga dunia itu mempertaruhkan menciptakan gelembung aset dan pinjaman buruk yang bisa menggagalkan kebangkitan China.

"Indikator baru-baru ini menunjukkan penguatan pemulihan (di Asia) dipimpin sebuah rebound cepat di China, di mana pertumbuhan dipercepat hingga laju tahunan sebesar 7,1 persen pada semester pertama tahun ini," kata IMF.

"China dan India akan memimpin ekspansi tahun ini dan akan tumbuh pada tingkat sebesar 8,5 dan 5,4 persen, berturut-turut, didukung oleh kebijakan stimulus besar yang meningkatkan permintaan dari sumber dalam negeri."

Beijing tahun lalu meluncurkan paket stimulus besar empat triliun yuan (585-miliar dolar AS) untuk meningkatkan pengeluaran domestik dalam ekonomi berbasis ekspor, karena pesanan dari pasar-pasar utama Amerika Serikat dan Eropa anjlok.

Sebelum krisis global melanda, China telah mengalami pertumbuhan tahunan dua digit dari 2003 hingga 2007 dan lagi dalam dua kuartal pertama tahun lalu.

Perekonomian China merosot menjadi tumbuh 6,1 persen pada kuartal pertama tahun 2009, kecepatan yang paling lambat dalam 20 tahun, karena krisis keuangan global melanda sektor manufaktur negara itu, yang menyumbang lebih dari 40 persen dari perekonomian.

Tapi setelah itu rebound kuat pada kuartal kedua, dengan pertumbuhan 7,9 persen.

Pemerintah China melihat pertumbuhan delapan persen sebagai penting untuk penciptaan pekerjaan dan menjaga menutup kerusuhan sosial.

Perputaran telah dipicu oleh pengeluaran pemerintah besar 7,4 triliun yuan dalam pinjaman bank pada semester pertama dan tingkat bunga rendah.

Tetapi IMF memperingatkan bahwa kebijakan moneter longgar dan banjir pinjaman bank dapat menggagalkan pemulihan ekonomi.

"Mempertahankan pertumbuhan kredit pada tingkat ini membawa resiko menciptakan insentif lebih dari investasi, inflasi harga aset yang tidak berkelanjutan dan memburuknya kualitas kredit dalam sistem perbankan," kata IMF.

"Ekspansi moneter belakangan ini karenanya harus segera dilepas setelah ada tanda-tanda jelas bahwa pemulihan ekonomi telah didirikan."

Meskipun jumlah uang mengalir ke dalam ekonomi, IMF mengatakan pihaknya memperkirakan harga konsumen turun 0,1 persen tahun ini, sebelum naik sebanyak 0,6 persen pada tahun 2010.

Indeks harga konsumen, ukuran utama inflasi, turun 1,2 persen pada Agustus tahun-ke-tahun, menandai penurunan bulanan ketujuh berturut-turut, kata pemerintah.

Laporan IMF muncul setelah Bank Pembangunan Asia minggu lalu mendorong prospek pertumbuhan China menjadi 8,2 persen pada tahun 2009 dan 8,9 persen pada tahun 2010.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009