Padang (ANTARA News) - "Suara minta tolong itu masih terus terngiang di telinga saya, mulai dari teriakan keras, perlahan, rintihan hingga sayup-sayup, lalu hilang sama sekali," kata Toni, pemilik Lembaga bimbingan Belajar SSG Padang, Sumbar.

Setelah berkata itu, Tony tertunduk lunglai dengan mata seolah menahan tangis sambil menatap reruntuhan gedung berlantai empat usahanya  yang telah rata dengan tanah.

Saat gempa berkekuatan 7,6 pada Skala Richter terjadi, Rabu sore, diperkirakan ada 40 siswa masih belajar di gedung itu. Kini belum tahu nasib mereka, karena upaya evakuasi belum lagi dilakukan oleh pihak mana pun, katanya.

"Setelah gempa dan gedung ambruk, saya mendengar teriakan minta tolong dari reruntuhan itu, tapi tiada yang bisa menolong karena reruntuhan sangat tinggi dengan tiang-tiang beton besar," katanya.

Ia menyebutkan, saat hari masih terang (sore menjelang malam) teriakan-teriakan itu masih nyaring, meski tiada daya untuk memberikan bantuan.

Menjelang tengah malam, suara-suara itu masih terdengar meski mulai perlahan yang membuat hati perih mendengarnya di tengah guyuran hujan dan padamnya aliran listrik yang membuat suasana kian mencekam, unarnya.

Saat menjelang subuh, suara minta tolong masih terdengar, meski hanya sayup-sayup dan rintihan lemah. Ketika hari pagi dan mulai terang, suara-suara minta tolong itu sudah tidak terdengar lagi.

Tony selaku pemilik bimbel telah menghubungi aparat dan Sarkorlak agar segera menurunkan tim SAR ke lokasi reruntuhan gedung, namun hingga siang dan sore hari belum juga ada yang datang menolong.

Ia nampak pasrah, namun masih berharap tim SAR segera datang membantu, karena untuk mencari para korban hanya bisa dilakukan dengan bantuan alat berat dan petugas SAR.

"Kami tidak bisa berbuat apa-apa, kami pasrah hanya bisa mendengar dan melihat serta terus berharap bantuan segera datang untuk menolong mereka, tapi sampai kini tak kunjung tiba," katanya lirih.

Hingga Jumat, upaya mencari korban di reruntuhan gedung itu belum juga dilakukan, dan nasib korban yang diduga tertimbun belum dapat diketahui.

Upaya pencarian korban gempa yang tertimbun reruntuhan gedung memang belum merata, karena tim SAR yang hanya dibantu beberapa alat berat terfokus di lokasi yang diduga ada korban dalam jumlah besar, mencapai ratusan.

Sedangkan lokasi-lokasi lain belum bisa ditangani dan masih nampak puing-puing bangunan yang diduga di bawahnya banyak korban yang belum dapat dibantu.

Hingga Jumat siang baru ditemukan 448 korban tewas dan sekitar 2.300 orang korban luka. Itu, tidak termasuk korban yang hingga kini masih tertimbun di bawah reruntuhan gedung tempat kursus itu. (*)

Oleh Hendra Agusta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009