Jerusalem (ANTARA News/Reuters) - Polisi Israel menutup satu kompleks tempat tersuci ketiga Islam, Minggu dan melepaskan tembakan gas air mata ke para pemrotes Palestina yang melemparkan batu dan botol, kata para pejabat Palestina dan Israel.

Sembilan orang dirawat di rumah sakit karena cedera ringan termasuk akibat kena semprotan gas air mata dalam aksi kekerasan yang meletus di Kota Tua Jerusalem, kata para petugas medis Palestina. Israel mengatakan dua polisi cedera dan tiga pemrotes ditahan.

Pekan lalu 30 orang cedera dalam bentrokan yang sama dekat masjid Al Aqsa dan pihak Palestina memperingatkan akan kemungkinan terjadi aksi perlawanan baru.

Pasukan keamanan Israel meningkatkan keamanan ketika para warga Yahudi melakukan doa untuk hari libur "Pesta Tabernakel" di Tembok Barat, bekas sebuah kuil kuno yang dianggap sebagai lokasi tersuci kaum Yahudi, yang terletak dekat kompleks masjid itu.

Adnan al Husseini, gubernur Jerusalem yang diangkat Palestina, mengatakan polisi Israel melarang masuk ke kompleks itu di mana masjid Al Aqsa dan Kubah Batu terletak, walaupun sejumlah peziarah telah berada di sana Sabtu malam.

Seorang juru bicara polisi Israel, Micky Rosenfeld, mengatakan kompleks itu disebut oleh kaum Yahudi sebagai "Temple Mount", tempat sebuah kuil tua pernah didirikan, dan umat Islam menyebutnya sebagai al Haram al Sharif, "ditutup bagi para pengunjung" sebagai tindakan berjaga-jaga untuk menghindari kerusuhan.

Israel tampaknya melonggarkan larangan ini kemudian, ketika seorang wartawan Reuters melihat polisi mengizinkan pria tua

Palestina, wanita dan anak-anak memasuki kompleks itu.

Israel juga menahan seorang pejabat Palestina, Khatem Abdel Khader, yang mengurus Jerusalem karena dicurigai berusaha menghasut protes di lokasi itu, kata Rosenfeld.

"Situasi sangat tegang di Kota Tua itu," kata Husseini dari satu bagian Jerusalem Timur Arab yang Israel rebut dalam perang tahun 1967 dan dianeksasi sebagai bagian dari ibu kotanya, satu tindakan yang tidak diakui internasional.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009