Jakarta, (ANTARA News) - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengingatkan semua pihak agar mewaspadai kemungkinan munculnya kejadian luar biasa penyakit di wilayah Sumatera Barat setelah bencana yang melanda daerah itu beberapa hari lalu.

"Secara umum, masalah kesehatan utama setelah bencana adalah trauma fisik seperti luka dan patah tulang. Penanganan masalah itu biasanya selesai dalam dua minggu. Tapi selama dan sesudah masa itu korban bencana yang selamat dan tinggal di pengungsian juga terancam penyakit jika upaya antisipasinya tidak memadai," kata Ketua Umum PB IDI Fachmi Idris di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, ketersediaan fasilitas sanitasi dan suplai air bersih yang terbatas setelah kejadian bencana membuat penyakit komunitas seperti diare, infeksi saluran pernafasan akut dan penyakit kulit berpotensi muncul dan mewabah.

"Kuncinya air bersih. Kalau air bersih tersedia dalam jumlah cukup, penularan penyakit itu akan bisa ditekan. Karena itu semua pihak sebaiknya memberi perhatian khusus pada penyediaan air bersih ini," katanya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, IDI dan organisasi profesi bidang kesehatan lain mengirimkan mesin pengolah air bersih yang mampu menyediakan 18 ribu liter air bersih setiap jam untuk membantu penyediaan air bersih bagi korban gempa.

Operasi mesin pengolah air bersih bergerak yang mampu menghasilkan 18 ribu liter air per jam tersebut akan dipusatkan di INS Kayutanam yang berada di antara Padang dan Pariaman untuk memudahkan distribusi air bersih.

"Seharusnya setiap kabupaten memiliki alat semacam ini untuk antisipasi kejadian bencana. Apalagi harga dan biaya operasi alat bikinan ITB ini relatif murah. Kami sudah merekomendasikannya sejak lama, tapi tampaknya belum banyak yang merespon," katanya.

Rabu (30/9) lalu gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter mengguncang Sumatera Barat, membuat bangunan dan perumahan di wilayah itu porak poranda dan merenggut ratusan korban jiwa.

Hingga Senin pukul 09.00 WIB, Satkorlak Penanggulangan Bencana Sumatera Barat mencatat jumlah korban meninggal dunia akibat gempa tersebut sebanyak 608 orang dan 343 orang dilaporkan masih hilang. Bencana itu juga menyebabkan 596 orang luka berat dan 897 orang luka ringan.

Rumah-rumah penduduk juga rusak. Menurut data Satkorlak Penanggulangan Bencana Sumatera Barat sebanyak 88.272 unit rumah rusak berat, 43.323 unit rumah rusak sedang dan 47.076 unit rumah rusak ringan.

Kerusakan terparah terlihat di Kota Padang dan Kabupaten Padang Pariaman, baik kerusakan bangunan maupun kerusakan geologi dan longsoran karena faktor kedekatan lokasi dengan episentrum, geologi, dan kontruksi bangunan.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009