Washington (ANTARA News/AFP) - Sektor jasa AS tumbuh pada September untuk pertama kalinya dalam satu tahun, sebuah survei yang dilakukan oleh manajer pembelian menunjukkan Senin.

Institute of Supply Management (ISM) mengatakan indeks non manufaktur naik menjadi 50,9 persen dari 48,4 persen pada Agustus. Setiap nomor di atas 50 persen menunjukkan pertumbuhan.

Jasa membentuk bagian terbesar dari kegiatan ekonomi AS dan kesempatan kerja, dan oleh karena itu penting untuk pemulihan dari resesi panjang.

Indeks ISM telah menurun selama 11 bulan berturut-turut. Di antara sub-indeks, indeks kegiatan bisnis meningkat 3,8 persentase poin menjadi 55,1 persen dan indeks pesanan baru naik 4,3 poin menjadi 54,2 persen.

Indeks tenaga kerja mengindikasikanb berlanjutnya pengurangan tetapi tidak seberat seperti pada bulan sebelumnya, naik 0,8 persen menjadi 44,3 persen.

ISM mengatakan prospek ekonomi secara keseluruhan masih mendung: "Sekalipun pertumbuhan bulan-ke-bulan tercermina dalam laporan bulan ini, responden berkomentar bervariasi pada industri dan masih bervariasinya tentang kondisi bisnis dan perekonomian secara keseluruhan."

Survei jasa ISM lebih baik dari yang diperkirakan dan membantu menutup ketakutan tentang ekonomi dari laporan pasar tenaga kerja minggu lalu yang menunjukkan lebih buruk dari yang diperkirakan 263.000 kehilangan pekerjaan.

"Survei manufaktur ISM dan survei bersama non manufaktur masih menunjukkan proyeksi kami untuk naik hampir 3,0 persen PDB riil (domestik bruto produk) masih di jalur," kata Ryan Sweet di Moody`s Economy.com.

Survei menufaktur ISM yang dirilis minggu lalu menunjukkan pertumbuhan yang sederhana, dengan indeks, yakni 52,6 persen.

"Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi, maka survei non manufaktur akan membutuhkan kenaikan di atas 50," kata Sweet.

"Oleh karena itu, hal itu akan menjadi penting untuk meningkatkan indeks pada Oktober, yang mungkin perlu sebuah kenaikan di indeks. Kondisi pasar tenaga kerja kritis bagi pemulihan berkelanjutan untuk dipertahankan. Jika ekonomi terus

kehilangan pekerjaan 200.000 per bulan, itu akan merusak sentimen konsumen dan pengeluaran." (*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009