New York (ANTARA News/AFP) - Harga emas mencapai rekor tertinggi selama ini pada Selasa waktu setempat, karena dolar jatuh di tengah laporan berita tentang rencana oleh negara-negara Teluk untuk menghentikan penggunaan greenback dalam perdagangan minyak.

Emas mencapai 1.045,00 dolar per ons di New York Mercantile Exchange pada akhir perdagangan.

Jam-jam sebelumnya di London Bullion Market, emas naik ke 1.043,78 dolar mengalahkan rekor tertinggi sebelumnya 1.032,70 dolar per ons pada Maret 2008.

Analis logam mulia Barclays Capital, Suki Cooper mengatakan, pelemahan dolar tampaknya terkait dengan laporan pembicaraan rahasia tentang minyak akan dihargakan dalam sekeranjang mata uang termasuk emas, bukan dolar.

Ini "telah menambah keprihatinan tentang peran masa depan dolar di pasar keuangan internasional," kata Cooper.

Masa depan dolar sebagai mata uang utama dunia, dilemparkan ke dalam keraguan pada Selasa, karena sebuah laporan mengatakan negara-negara Arab meluncurkan langkah rahasia dengan China dan

Rusia untuk menghentikan penggunaan greenback dalam perdagangan minyak.

Negara-negara Arab telah meluncurkan langkah-langkah dengan China, Rusia, Jepang dan Perancis untuk menghentikan penggunaan dolar dalam perdagangan minyak, harian Inggris The Independent melaporkan Selasa, namun laporan itu ditolak oleh Kuwait dan Qatar dan lainnya.

Koresponden Independent di Timur Tengah Robert Fisk menulis dalam makalahnya: "Dalam perubahan keuangan yang paling mendalam dalam beberapa sejarah Timur Tengah, Teluk Arab berencana - bersama dengan China, Rusia, Jepang dan Perancis - untuk mengakhiri transaksi dolar untuk minyak."

Mereka justru beralih "ke keranjang mata uang termasuk yen Jepang dan yuan China, euro, emas dan yang baru, mata uang bersama (unifikasi) yang direncanakan untuk negara di Dewan Kerjasama Teluk (GCC), termasuk Arab Saudi, Abu Dhabi, Kuwait dan Qatar," tambah Fisk.

Emas, dipandang sebagai investasi "safe haven", telah memenangkan kembali keuntungannya dalam beberapa bulan karena ekonomi global berjuang keluar dari kemerosotan terburuk dalam beberapa dasawarsa.

Kenaikan harga emas ebagian besar didorong oleh kelemahan dalam dolar, yang membuat komoditi yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pemegang mata uang kuat, sehingga mendorong permintaan.

Emas juga memenangkan dukungan dari kekhawatiran tentang inflasi yang lebih tinggi karena logam secara luas dianggap oleh investor sebagai tempat penyimpan nilai yang aman.

Konsultan logam mulia GFMS bulan lalu memperingatkan bahwa tren ke atas saat ini pada emas mungkin tidak berkelanjutan karena paket stimulus global gagal untuk meningkatkan permintaan yang lesu dalam ekonomi dunia dan sebagai hasilnya inflasi turun.

Para pemimpin Kelompok 20 negara-negara maju dan berkembang pada pertemuan puncak di Pittsburgh baru-baru ini setuju tidak untuk memutar kembali langkah-langkah stimulus besar membantu mengatasi resesi global yang parah.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009